Mohon tunggu...
Sofia Akmalunnisa
Sofia Akmalunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

simpel aja, yang penting bahagia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sharing: Menjadi Filolog atau Linguis?

22 Februari 2024   01:00 Diperbarui: 22 Februari 2024   01:08 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya akan menceritakan sesuatu yang jarang sekali orang tahu atau mungkin orang terdekat jarang tahu hal ini. Ketika saya pertama kali menjadi mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia di tahun 2021, pikiranku hanya tentang bagaimana mempelajari unsur kebahasaan dalam Bahasa Indonesia dan saya tidak ingin menjadi guru atau tenaga pengajar lainnya. Kemudian saya kembali teringat kata orang, "belajar apa itu? kau mau jadi guru? gajinya kecil. tak bergengsi" pikiran itu kembali berkecamuk di kepala, layaknya kunang-kunang yang berkeliling di dalam otak. 

Setelah merasakan atmosfer Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Airlangga, saya rasa pemikiran saya berubah, saya ingin menjadi jurnalis atau apalah yang masih berkutat dengan dunia tulis menulis. Tak lama setelah menjalani perkuliahan, saya menyadari bahwa jurusan ini membuat saya melek  sejarah dan politik. Saya pikir, saya cukup tertarik untuk menjadi filolog lantaran didalamnya terdapat sejarah peristiwa yang dituangkan ke dalam teks tulis tangan asli (naskah), saya mempelajari mata kuliah tersebut.

Satu sisi, mimpi saya untuk menjadi seorang linguis membuat saya bimbang, saya rasa mata kuliah ini seru namun menantang dan menyenangkan, satu hal yang pasti,  ilmu ini akan terus berguna di bidang apapun, lebih lagi seorang linguis akan meneliti sejauh mana bahasa tidak menjadi kesalahpahaman dalam berkomunikasi dan menulis.

Namun, pilihan saya ternyata jatuh kepada mata kuliah filologi, saya ingin menjadi filolog. Tidak hanya sekadar ilmu tentang naskah, melainkan membongkar sejarah dan fakta yang jarang dibahas dunia mengenai segala hal yang pernah terjadi di dunia.

Saya akan kembali 10 tahun lagi untuk menjadi ahli bahasa dalam penerjemah dan pernaskahan. Saya ingin menjadi sarjana sastra seperti Ayah saya, pengetahuan dan wawasannya begitu jelas ketika kami berdiskusi, seolah bahasa merupakan passion saya dari kecil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun