Mohon tunggu...
Sofia Rasyidah Salsabila
Sofia Rasyidah Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

tersesat dalam ilmu sosial

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Minim Literasi, Ancaman Bagi Masa Depan Bangsa

11 Maret 2024   07:00 Diperbarui: 11 Maret 2024   07:22 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di waktu senggang saya sempat membuka smartphone dan masuk ke aplikasi WhatsApp, salah satu dosen saya membagikan link YouTube yang mengarah pada suatu video dengan channel bernama Sepulang Sekolah. Di dalam video itu ada pembahasan mengenai salah satu influencer bernama Medy Renaldy yang ditanya oleh salah satu penggemarnya “bang medy beneran nge guy?” dan ya, dirinya mengaku bahwa dirinya guy. Dan karena hal tersebut banyak dari penggemarnya yang kecewa dan menghina Medy Renaldy karena dirinya guy. Jujur saat mendengar hal itu saya sedikit bingung, bukannya guy berarti pria dalam bahasa Inggris? Mungkin mereka keliru antara guy (pria atau laki-laki) dengan gay yang berarti penyuka sesama jenis. Kemudian dalam video tersebut juga disebutkan isu-isu saat awal mula Covid-19 di Indonesia, dan ditampilkan cuplikan video lama tentang kepercayadirian dari Menteri Kesehatan saat itu mengenai kemungkinan kecil bahkan tidak mungkin virus Covid-19 bisa masuk ke Indonesia dengan alasan karena masyarakat Indonesia rajin berdoa. Bisa dikatakan Menteri Kesehatan saat itu sangat percaya dengan kekuatan doa dari masyarakat Indonesia dapat menangkal virus Covid-19 untuk masuk ke Indonesia. Sebenarnya tidak ada salahnya berdoa, bahkan berdoa menjadi hal yang pasti dilakukan, tapi bukankah usaha dalam mencegah masuknya virus Covid-19 bisa menjadi cara berikhtiar untuk menjawab doa dari masyarakat saat itu? 

Dari berbagai cerita dan cuplikan berita yang ditampilkan dalam video itu, saya merasa bahwa masyarakat Indonesia bisa dibilang mempunyai tingkat literasi yang cukup rendah. Jika kita sering menghabiskan waktu kita di sosial media, terlihat banyak anak muda yang mudah terprovokasi akan suatu masalah hingga muncul kesalahpahaman ataupun kekeliruan dalam menafsirkan suatu permasalahan. Kurangnya budaya membaca bisa menjadi penyebab terjadinya hal tersebut. Sempat disinggung di dalam video yang saya tonton, bahkan di beberapa artikel berita yang ada, menurut survei yang dilakukan Program of International Student Assessment (PISA) di tahun 2022, Indonesia menempati peringkat 60-an dengan akumulasi skor 379 dari matematika, 398 dari sains, dan 371 dari kegiatan atau hobi membaca. Bahkan dari data UNESCO, hanya 0,001% masyarakat Indonesia yang memiliki minat membaca. Yang berarti, hanya 1 dari 1000 orang yang memiliki hobi membaca.

Distraksi yang diciptakan oleh smartphone benar-benar menjauhkan kita dari kegiatan yang lebih bermanfaat. Semakin canggihnya teknologi, banyak anak muda yang lebih tertarik dengan konten-konten yang ada pada smartphone daripada membaca buku. Hal tersebut merupakan salah satu alasan minimnya literasi yang terjadi di negara ini. Minimnya tingkat literasi dapat terjadi karena beberapa faktor seperti sarana prasarana hingga kualitas pendidikan yang masih minim, kondisi sosial ekonomi keluarga, keputusan politik akan suatu sistem pendidikan, sampai perkembangan budaya yang semakin lebih modern.Dan karena tingkat literasi yang rendah, kemampuan untuk menganalisis, memecahkan masalah serta berpikir kritis dari seseorang dapat menurun. Karena itu, kita harus mulai mencari cara agar dapat menerapkan hobi membaca dalam keseharian kita.

Akhir-akhir ini, banyak influencer dan content creator yang mulai menunjukkan konten yang dapat melatih kita untuk sering membaca. Cara yang mereka lakukan adalah dengan memberikan judul besar atau pembahasan singkat pada video ataupun foto, yang kemudian mereka akan memberitahu mengenai informasi selengkapnya berada pada caption dari postingan tersebut. Selain untuk menambah view pada foto atau video pendek yang mereka unggah, penggunaan kata kunci pada caption yang berkaitan dengan video dapat memberikan efek pada algoritma dari aplikasi tersebut dan memberikannya kepada pengguna yang memiliki minat yang berkaitan dengan video tersebut. Dengan cara ini, kita dapat melatih hobi membaca kita dan dapat dimulai dari sesuatu yang lebih dekat dengan kita. Saat sudah terbiasa membaca, kita akan semakin penasaran akan suatu hal dan ingin mempelajarinya. Dan untuk mempelajari suatu ilmu, membaca menjadi cara utama dalam menambah wawasan lewat karya-karya tulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun