Mohon tunggu...
Sofiyya Zhanzabila
Sofiyya Zhanzabila Mohon Tunggu... -

Love, Laugh, Learn, and Leap!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Wardah Cometics: Beauty In My Dusty Village

2 Agustus 2014   18:01 Diperbarui: 1 Desember 2015   11:26 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perbincangan Di Sela Acara Nuzulul Quran

 

“Kata Maknya Sofi, Sofi senang mempromosikan Wardah ye?” tanya Bu Eri, guru SD-ku dulu ketika aku baru saja duduk begitu selesai memanggil Bapak Sekretaris Camat untuk memberikan sambutan. Malam itu bertepatan dengan 17 Ramadhan, sehingga desa kami mengadakan acara Nuzulul Quran sekaligus MTQ tingkat desa. Pada acara pembukaan yang dihadiri oleh rombongan dari kecamatan, Bapak Kepala Desa memintaku sebagai pembawa acara. Dan perbincangan mengenai Kosmetik Halal Wardah mengalir di sela-sela acara tersebut. Tentu saja dengan logat Melayu yang kental mengingat pulau kecil kami berada dalam rumpun Melayu Riau. Aku sendiri yang sehari-hari terbiasa berbahasa Jawa dengan keluarga, mau tidak mau juga harus berbahasa Melayu saat berbicara dengan orang lain.

 

“Maksud Sofi biar Mak juga pakai. Jadinye kalau pergi pengajian tak perlu was-was, karena make-up yang dipakai sudah terjamin halal.” Jawabku dengan sedikit sungkan.

 

“Ibu pun sekarang pakai. Agak mahal memang. Tapi biase Ibu pesan dari Tanjung Batu, di sane agak murah.” Lanjut Bu Eri bercerita. Tanjung Batu adalah pulau tetangga yang masuk ke dalam Provinsi Kepulaun Riau, kondisinya memang sudah lumayan maju serta mencerminkan sebuah perkotaan kecil. Umumnya untuk belanja banyak, penduduk pulau kami selalu mendatangi Tanjung Batu, dengan transportasi speed boat selama kurang lebih dua jam.

 

“Yang mane je yang Ibu pakai?”

 

“Hmm…yang pencuci wajah, krim siang dan malam step 1, same bedak. Walaupun kulit Ibu ni hitam, tapi rasenye kalau pakai kosmetik, terase bersih dan segar. Kan  yang lebih penting Wardah ini halal, jadi kite tak usah takut kalau nak pakai buat beribadah.” Lanjut Bu Eri sambil mengelus pipinya dengan ujung jari. Aku memperhatikannya sungguh-sungguh.

 

Bicara soal murah dan mahal, tidak hanya harga Kosmetik yang melambung di pulau ini, melainkan semuanya, dimulai dari kelontong, bahan pangan, hingga barang pecah belah. Hal ini disebabkan biaya transportasi menuju pulau yang memang membengkak. Jadi tidak heran kalau harga Wardah Lightening Cream Night dijual dengan harga Rp. 52.000, padahal saat di Bogor, aku membelinya seharga Rp.42.000 saja.

 

“Ibu nak tanye, sampai kapan kite pakai yang step 1 sebelum naik level ke step 2?” Ibu Eri kembali bertanya.

 

Sebenarnya aku tidak tahu pasti jawabannya, berdasarkan pengalaman pribadi kuberanikan untuk menjawab sebisa mungkin. “Kalau Sofi begitu step 1 habis, langsung saje pakai yang step 2.”

 

Bu Eri mengangguk-angguk, dan pembicaraan pun berhenti karena Bapak Sekretaris Camat sudah mengakhiri sambutannya.  Aku harus bersiap-siap kembali tampil ke podium untuk membacakan agenda selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun