KKN Back to Village Universitas Jember yang berbasis daring ini dilakukan di salah satu desa di Kabupaten Banyuwangi, yaitu Desa Wringinagung, Kecamatan Gambiran Banyuwangi. Berdasarkan data pada tahun 2020, di Desa Wringinagung memiliki sarana pendidikan sebanyak 13 gedung yang terbagi dalam 4 TK, 5 SD, 2 SMA dan 1 SMK . Dari data tersebut, dapat menjelaskan bahwa masyarakat Desa Wringinagung peduli dan berupaya yang terbaik bagi pendidikan dan masa depan anak -- anak. Kegiatan KKN BTV 3 UNEJ ini disambut baik oleh warga desa terutama oleh satuan elemen pendidikan dari SDN 3 Wringinagung yang berada di Dusun Sumberjo.
Sebagian besar pekerjaan masyarakat di Desa Wringinagung adalah petani, oleh karea itu tidak sedikit orang tua kurang intens mendampingi belajar anak selama pembelajaran  daring. "saya petani, ketika anak saya sekolah pagi di rumah saya belum bisa mendampingi, apalagi saya juga merasa kesulitan menjawab pertanyaan jadi saya lari ke mbah Google", terang Susiami selaku orang tua siswa.
Pada kenyataannya, ketika pelaksanaan kelas KKN 1 pada progam kerja Bimbingan Belajar untuk kelas 6 SDN 3 Wringinagung, hampir semua dari mereka sering bertanya soal tanpa membaca materi yang dipaparkan di awal pembahasan. Permasalahan utama adalah kurangnya minat baca pada siswa, sehingga setiap soal mereka merasa kesulitan.
Pada masa pandemi ini, teknologi menjadi penggerak hampir semua bidang seperti promosi ekonomi, pendidikan dan lainnya. Akan tetapi teknologi tidak bisa dipungkiri memiliki dampak yang kurang baik bagi perkembangan siswa, khususnya Sekolah Dasar (SD). Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang telah ditetapkan kurang lebih 2 tahun ini sudah memberikan dampak nyata pada perkembangan anak, seperti anak kecil yang tidak bisa melepas Gadget. Perubahan itu didukung dengan adanya sistem daring yang memberi peluang anak untuk mengoperasikan Handphone atau Gadget lebih lama. Kesehatan mental anak juga perlu diperhatikan, melalui history konten yang mereka lihat dapat dilihat konten apa yang mereka konsumsi setiap harinya.  Sifat anak yang selalu penasaran dengan hal -- hal baru, maka tanpa berfikir panjang mereka akan melihat video atau konten yang sesuai keinginan mereka.
 Selain itu, hal positif dari media elektronik adalah, Literasi Digital. Pengenalan literasi digital untuk menunjang pendidikan terutama meningkatkan minat baca pada siswa. Let's Read adalah salah satu aplikasi yang memuat tentang cerita anak yang bisa di akses oleh pengguna Android dan IOS, selain itu aplikasi ini didedikasikan untuk anak -- anak di Asia Tenggara sehingga tersedia dalam beberbagai bahasa. Aplikasi Let's Read ini menjadi dobrakan awal untuk pengenalan literasi untuk siswa. Sebelumnya mereka juga sudah belajar mengenai cerita rakyat, legenda, pembuatan puisi dan membacanya sebagai bentuk literasi. Jadi tidak ada salahnya mengenalkan aplikasi Lets Read.  Dengan metode 15 menit baca dan review bacaan, mereka tampak bersemangat memilih satu judul bacaan. "Bu Guru Hebat, menceitakan tentang perjuangan guru yang sakit dan tidak bisa berjalan sehingga mengajar muridnya dengan berbaring, dengan imbalan siswanya membersihkan rumah bu Guru" terang Vivia Nanta salah salah satu siswa kelas 6 SDN 3 Wringinagung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H