Mohon tunggu...
soffy nur rofiah
soffy nur rofiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sedang belajar menulis, Semoga bermanfaat:')

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Minat Baca Rendah, Bagaimana Kualitas Bangsa Indonesia?

29 Juni 2024   19:09 Diperbarui: 29 Juni 2024   19:31 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Membaca merupakan salah satu kegiatan yang penting dilakukan untuk memperoleh berbagai pengetahuan dan informasi. Dengan membaca kita akan memiliki wawasan dan pandangan yang luas. Tak hanya itu, dengan membaca seseorang juga dapat mengasah kemampuan verbal, menambah kosakata, mendapatkan dan memahami informasi-informasi terbaru, serta dapat melatih diri untuk mengungkapkan kata-kata dengan baik, yang tentunya akan berpengaruh pada kualitas public speaking seseorang.

Namun faktanya, masyarakat Indonesia masih malas membaca karena belum menyadari betapa pentingnya membaca. Hal ini dibuktikan dari pernyataan yang dinyatakan oleh UNESCO, bahwasannya Indonesia berada di peringkat terendah kedua soal literasi. Artinya, minat baca di Indonesia tergolong masih sangat rendah. Menurut data dari UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia berada pada tingkat yang sangat memprihatinkan yaitu hanya sekitar 0,001%. Hal ini berarti, dari 1.000 orang di Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca.

Menurut survey lain, yaitu survey yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2019, Indonesia berada pada ranking ke-62 dari total 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau bisa disebut berada pada 10 negara terbawah dengan tingkat literasi yang rendah. Dari fakta tersebut telah nampak jelas, bahwasannya Indonesia mengalami krisis literasi. Tentunya hal ini merupakan hal yang tidak bisa dinormalisasikan karena akan berdampak pada nasib Indonesia di masa depan.

Di luar negeri, membaca merupakan sebuah budaya yang sudah mendarahdaging. Mereka menyadari bahwa membaca merupakan suatu kebutuhan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan di Indonesia, membaca dipandang sebagai kegiatan yang membosankan dan membuang-buang waktu. Masyarakat Indonesia lebih sering berinteraksi dengan gedget daripada dengan buku, sekalipun dia adalah seorang pelajar.

Menurut data dari wearesocial tahun 2017, masyarakat Indonesia bisa menatap layar gedget kurang lebih 9 jam per hari. Sedangkan dalam hal keaktifan dan kecerewetan di media sosial Indonesia menempati urutan ke-5 dunia. Hal ini merupakan hal yang cukup mengagetkan mengingat rendahnya minat baca di Indonesia. Coba bayangkan, ilmu terbatas, malas membaca, namun sering menatap layar gedget, ditambah sangat cerewet di media sosial pula. Dari fakta tersebut tidak mengherankan jika masyarakat Indonesia masih sering menerima, mengonsumsi, atau bahkan menyebarkan berita-berita hoax.

Lantas, apa penyebab rendahnya minat baca di Indonesia?

Ada banyak faktor penyebab rendahnya minat baca bangsa Indoneisa. Diantaranya adalah:

1.Minimnya motivasi untuk membaca karena faktor lingkungan. Lingkungan sangat berpengaruh dalam sikap dan kebiasaan seseorang. Dapat kita lihat di Indonesia, sangat sedikit sekali orang-orang yang membudayakan membaca. Kebanyakan dari mereka lebih suka jalan-jalan, nongkrong atau melakukan kegiatan lain yang menurut mereka dapat menghibur diri. Sekalipun mereka adalah seorang pelajar dan mahasiswa.

2.Kecanduan gedget. Gedget merupakan benda netral. Artinya bisa memberikan dampak positif maupun negatif tergantung seseorang yang menggunakannya. Namun di Indonesia, banyak sekali yang menggunakan gedget tersebut untuk hal-hal yang sifatnya hanya untuk hiburan semata atau mengikuti trend. Padahal jika mau, dari gedget tersebut kita dapat memanfaatkannya untuk belajar dan mengeksplor berbagai macam wawasan dan pengetahuan. Misalnya untuk menonton akun edukasi, membaca ebook, dsb.

3.Kurangnya akses bacaan. Banyak sekolah di Indonesia yang tak memiliki perpustakaan. Jikapun ada, mungkin kurang terkelola dengan baik. Sehingga para pelajar pun merasa asing dan kurang tertarik jika harus berinteraksi dengan buku. Di daerah perdesaan dan terpencil pun sulit untuk menemukan buku bacaan, apalagi perpustakaan.

Rendahnya minat baca di Indonesia tentu sangat mempengaruhi kualitas mereka dari aspek manapun. Dari aspek pendidikan, tentunya kita akan jauh tertinggal dari negara-negara lain karena tidak minatnya kita akan ilmu. Padahal ilmu dapat kita peroleh dari membaca. Generasi muda juga cenderung kurang kreatif dan sulit mengembangkan potensi dirinya karena minimnya wawasan. Selain itu, minimnya wawasan juga akan berpengaruh terhadap pola pikir mereka, sehingga mudah dipengaruhi oleh berbagai doktrin dan pemahaman negatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun