Mohon tunggu...
andri sofda
andri sofda Mohon Tunggu... -

Putra kelahiran Langsa sudah menetap di Lhokseumawe untuk menyelesaikan studi Sarjana Teknik. gemar pada tindakan inovatif pada bidang teknologi sederhana dan pertanian saat ini bernaung pada organisasi rakyat berbasis komunitas adat di wilayah Aceh Pase, dan anggota dari badan pendiri organisasi JINGKI Institute yang fokus pada penerapan teknologi tepat guna berbasis pedesaan di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengintegrasikan Biogas untuk Pertanian Organik

16 Februari 2010   11:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:54 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kedualatan petani yang saya pahami adalah petani tidak lagi tergantung pada produsen suatu merk pupuk dan pestisida kimia, mereka mampu memanfaatkan potensi dilingkungan yang tersedia untuk menjawab kebutuhan usaha pertanian mereka. Hal tersebutlah yang mendasari saya dan beberapa teman di organisasi menjalankan Community Based Biogas Management Program, selain dengan kotoran sapi yang dimanfaatkan secara terpadu masyarkat dapat menikmati nyala api biru tanpa harus membeli minyak tanah dan mencari kayu bakar, masyarakat yang umumnya petani juga bisa mendapat keuntungan dari limbah biogas berupa slurry dalam bentuk padat dan cair, slurry inilah limbah sampingan biogas yang menjadi pupuk kompos sebagai bahan nutrisi yang dibutuhkan bagi tanaman pertanian. [caption id="attachment_75823" align="aligncenter" width="500" caption="Bak pelimpah pada digester biogas mulai mengeluarkan slurry"][/caption] [caption id="attachment_75824" align="alignleft" width="150" caption="Budidaya cabe merah di lokasi bagunan biogas"][/caption] Setelah pengerjaan bangunan digester biogas selesai dan mulai di operasikan oleh kelompok masyarakat sebagai penerima manfaat, kelompok petani dan peternak tersebut secara tidak langsung juga memiliki unit penghasil pupuk organik (padat dan cair) dari digester biogas, limbah inilah yang kita gunakan sebagai alat mendrong masyarakat untuk melakukan serangkain ujicoba budidaya tanaman dengan menggunakan pupuk organik yang mulai tersedia antaranya budidaya cabe merah, cabe rawit, tanaman terong dan pada tanaman padi, selain menggunakan pupuk organik slurry biogas untuk ujicoba dibidang budidaya pertanian organik, slurry tersebut juga di ujicoba untuk penggunaan di usaha tambak pada budidaya udang windu dan ikan bandeng sebagai pengganti pupuk urea. [caption id="attachment_75825" align="aligncenter" width="448" caption="Budidaya cabe merah kebiasaan masyarakat setempat yang masih menggunakan produk non organik"][/caption] Dalam jangka waktu yang lama, praktek budidaya pertanian dan perikanan di Aceh umumnya masih secara konvensional atau dengan kata lain masih menggunakan pupuk dan pestisida kimia yang didapat petani dengan cara membeli, namun seiring waktu kebutuhan dan ketergantungan pada pupuk dan pestisida kimia mulai dirasakan oleh sebagian besar komunitas petani, besarnya biaya produksi yang harus dipenuhi petani disaat menjalakan usaha pertaniannya semakin menambah keterpurukan ekonomi keluarga petani, menurunnya produktifitas lahan akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimia menambah kesulitan tersebut, sehingga wajar apabila banyak ditemukan lahan sawah dan areal tambak dibiarkan terbengkalai. [caption id="attachment_75828" align="aligncenter" width="300" caption="Penyiapan lahan belajar oleh peserta sekolah lapangan"][/caption] Serangkaian ujicoba yang kami lakukan bersama 50-an anggota kelompok masyarakat mengawali upaya mengubah pola dan praktek pertanian tersebut dari konvensional menuju pola pertanian berkelanjutan, dengan memanfaatkan slurry biogas yang tersedia dan pengetahuan pembuatan pupuk organik dari kotoran sapi kami memulai agenda besar tersebut. [caption id="attachment_75830" align="aligncenter" width="448" caption="Menanam padi dilahan ujicoba dengan perlakuan SRI"][/caption] Praktek yang kami lakukan bersama masyarakat diantaranya ujicoba slurry biogas pada budidaya padi dilahan belajar pertanian organik dengan menggunakan metode SRI (system rice intensifikasi) dimana budidaya padi menggunakan benih yang berumur lebih muda dan menanam satu lubang satu benih, hal ini sangat berbeda dengan praktek yang selama ini di lakukan oleh para petani. [caption id="attachment_75831" align="aligncenter" width="300" caption="Peserta sekolah lapangan melakukan pengamatan tanaman"][/caption] [caption id="attachment_75832" align="aligncenter" width="500" caption="Berpose usai melakukan pengamatan rutin"][/caption] kegiatan tersebut di mulai pada musim tanam juli-agustus 2008 bersama komunitas petani di kecamatan Seuneddon kabupaten Aceh Utara, 20 orang pertani yang terlibat dalam uji coba sekolah lapangan pertanian organik terlihat sangat berpartisipatif dengan mengikuti proses kegiatan mulai dari penyiapan lahan, pembuatan pupuk organik, penanaman, pengamatan hingga sampai musim panen. model ujicoba yang dilakukan pada lahan praktek yaitu dengan membuat 3 model perlakuan (organik,semi organik dan konvensional) ketiga perlakuan tersebut diamati perkembanganya oleh petani peserta sekolah lapangan secara rutin [caption id="attachment_75834" align="aligncenter" width="500" caption="Panen perdana di lahan ujicoba"][/caption] dari pengalaman yang dilakukan tersebut, terjadi perbedaan yang sangat mencolok dimana pada perlakukan organik dan semi organik yang menggunakan model tanam SRI memiliki anakan padi lebih banyak dan terjadi peningkatan hasil dibandingkan dengan perlakuan konvensional (kebiasaan lokal), selain itu biaya produksi yang dibutuhkan untuk perlakuan organik dan semi organik lebih kecil dibanding model konvensional, dimana petani tidak harus membeli, sehingga pengalaman tersebut dijadikan acuan dasar bagi petani yang terlibat dalam sekolah lapangan untuk mulai mengubah pola usaha pertanian padi, model ujicoba tersbut juga telah mampu menarik perhatian para petani sekitar desa untuk mencoba pola yang sama pada musim berikutnya, dan 5 orang petani 'alumni' sekolah lapangan telah menjadi fasilitator dalam upaya penyeraban pola pertanian organik dengan metode SRI. Dimusim kedua setidaknya terdapat 3 Ha lahan sawah di desa tempat ujicoba tersebut mulai mengembangan pola tanam padi SRI dengan perlakuan semi organik, seiringan dengan waktu tersebut kami selaku pendamping lapangan juga mulai merambah lokasi penerapan di lokasi di kecamatan lain antaranya di Kecamatan Lhoksukon dan kecamatan Samudra Geudong Aceh Utara dengan model perlakuan yang sama. Disamping melakukan praktek langsung dengan petani mengenai pola pertanian berkelanjutan (organik), upaya publikasi pun kami lakukan serentak setelah ujicoba berhasil, publikasi yang kami lakukan melalui penerbitan bulletin meugoe media pertanian organik yang terbit 3 bulan sekali, melalui surat kabar lokal, kegiatan koordinasi dengan pemerintah, hingga melkukan kegiatan roadshow TTG (teknologi tepat guna),dll Dalam waktu singkat banyak lapisan termasuk pemerintah mengetahui perihal yang kami kerjakan, kalangan pemda Aceh Utara melalui dinas pertanian mengadopsi pengalaman pola tanam SRI tersebut untuk mengintervensi program ujicoba di beberapa wilayah masyarakat binaan pemerintah, dan memberikan kami satu pekerjaan project penyediaan pupuk organik sebanyak 30 ton untuk di berikan bantuan pada lahan ujicoba tersebut, kegiatan penyediaan yang dimulai september 2009 berlanjut dengan paket penyediaan pupuk organik sebanyak 100 ton pada priode desember 2009 yang kami kerjakan bersama komunitas. Tanpa di sadari secara tidak langsung dampak kegiatan yang kami lakukan melalui program biogas yang terintegrasi pada usaha pertanian organik bersama masyarakat selama tiga tahun (2006-2009) telah menjadi percontohan yang mampu mempengaruhi kebijakan di tingkat daerah kabupaten Aceh Utara untuk semakin meningkatkan pengembangan pertanian organik di daerah. Disaat kebijakan dilahirkan oleh pemerintah, upaya penyebarluasan pola pertanian organik semakin cepat terjadi, tanpa ada pengaruh kebijakan dari pihak pemerintah, upaya tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama dan lingkup yang sangat kecil bila hanya mengandalkan para pegiat lingkungan yang melakukan tersebut. semoga kita bersama mampu terus melahirkan kader petani di desa yang kritis menyikapi persoalan lingkungan dalam bentuk-bentuk tindakan nyata dilapangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun