Mohon tunggu...
andri sofda
andri sofda Mohon Tunggu... -

Putra kelahiran Langsa sudah menetap di Lhokseumawe untuk menyelesaikan studi Sarjana Teknik. gemar pada tindakan inovatif pada bidang teknologi sederhana dan pertanian saat ini bernaung pada organisasi rakyat berbasis komunitas adat di wilayah Aceh Pase, dan anggota dari badan pendiri organisasi JINGKI Institute yang fokus pada penerapan teknologi tepat guna berbasis pedesaan di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Go Green Bukan sekedar Kampanye

16 Februari 2010   12:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:54 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_75614" align="alignleft" width="253" caption="Ilustrasi"][/caption] Go Green issue menjadi topic mendunia di saat para penduduk planet bumi ini merasakan dampak langsung dari akibat kerusakan lingkungan yang memicu timbulnya berbagai gejala alam seperti bencana banjir, gempa bumi, hilangnya sumber air bersih, meningkatnya suhu panas bumi dan bencana lainya telah mengubah sebagian besar cara pandang generasi sebuah bangsa pada pentingnya arti menjaga lingkungan dari kerusakan yang juga telah mampu mendorong inisiative suatu negara secara berangsung mulai mengubah kebiasaan atau trend hidup yang mengedepankan aspek lingkungan dengan melakukan inovasi pada temuan-temuan teknologi yang baru dan terbarukan. Menyuarakan isu penyelamatan bumi mulai hari ini adalah suatu keharusan bagi para generasi yang peduli lingkungan untuk sebuah kehidupan masa mendatang yang lebih baik, namun pemahaman kampanye tersebut semestinya tidak salah diartikan yang pada akhirnya menjerumuskan sebagian individu atau sebuah institusi pada kemunafikan yang dibenci Tuhan, misalkan sekelompok mahasiswa pecinta alam turut andil dalam melakukan survey lokasi hutan untuk pembukaan lahan perkebunan sawit atau sebuah instituti pemerintah maupun swasta yang gencar menyuarakan penyelamatan lingkungan namun dibalik itu terus mengeluarkan izin pada peusahaan perusahaan untuk mengeksplorasi sumber daya alam tanpa mengedepankan aspek keberlanjutan lingkungan terpisahkan dari aspek sosial dan jelas-jelas melanggar prinsip dan ketentuan yang telah dibuatnya sendiri demi sebuah keyword keuntungan ekonomi. Demikian juga kaitannya pada diri kita sendiri (khususnya generasi pro lingkungan) sudahkah kita menyadari apakah kita telah benar-benar peduli pada lingkungan kita? bila jawabanya ya, lantas apa yang telah kita lakukan sebagai bukti bahwa kita adalah seorang yang pro lingkungan? menulis opini seperti ini?, bergabung pada organisasi lingkungan atau sekedar prihatin dan menjadi relawan pada aksi kemanusiaan saat ada korban bencana akibat kerusakan lingkungan? yang tanpa kita sadar keprihatinan itu timbul juga karena ulah kita seperti yang di contohan di atas dan semua itu adalah kemunafikan bila kita sendiri tidak bertindak pada tingkat implementasi di lapangan sebagai contoh sederhana, bila kita adalah seorang yang berpenghasilan tinggi dan ingin memiliki mobil, kita tidak akan membeli mobil boros bahan bakar namun mobil yang di pilih adalah mobil inovasi yang lebih hemat bahan bakar atau bertenaga surya demikian juga bila kita hanya seorang petani atau peternak sapi di desa, untuk memenuhi kebutuhan energi rumah tangga, kita tidak lagi memotong kayu bakar di hutan namun memanfaatkan kotoran sapi dengan membuat digester sebagai alat penghasil energi biogas pengganti minyak tanah dan kayu bakar sekaligus menjadikan limbahnya (cair dan padat) sebagai pupuk kompos pengganti pupuk dan pestisida kimia di sawah/kebun. sikap seperti inilah yang menurut pemahaman penulis perlu ditunjukkan oleh kita para generasi yang pro lingkungan, begitu juga dengan penulis yang menjadikan Personal Blogspot sebagai Media Kampanye Alternatif pada isu lingkungan, jauh hari sebelumnya penulis telah sadar akan hal itu dan secara berlahan mulai melakukan tindakan apa yang disebut memaknai kesadaran lingkungan baik pada tingkat individu, keluarga maupun tingkat organisasi hingga level masyarakat. penulis akan menulis banyak terkait memaknai kesadaran lingkungan namun bukan dalam sebagian paragraf tulisan ini karena mingingat semakin panjang di tulis semakin membuat orang enggan dan muak untuk membacanya karena budaya membaca lebih-lebih menulis masih sangat kurang dalam diri sebagain besar orang khususnya kaum terpelajar, oleh karennya kesimpulan singkat yang dapat penulis artikan dalam tulisan di atas adalah ; rasa kepedulian yang kita suarakan terkadang tanpa kita sadari ternyata kemunafikan bila kita tidak memulainya dari diri kita sendiri, penyelamatan lingkungan dari kerusakan adalah mutlak yang mesti disuarakan oleh generasi pro lingkungan hingga pada tahap penyadaran yang sesungguhnya yang akhirnya tiba pada suatu tindakan nyata. Tulisan ini saya muat juga di Personal Blog saya di www.andrisofda.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun