Mohon tunggu...
SOFANDI
SOFANDI Mohon Tunggu... Lainnya - MAHASISWA DI UNVERSITAS PAMULANG SERANG, FAKULTAS ILMU SOSISAL DAN POLITIK ( ILMU PEMERINTAHAN )

BELAJAR LEBIH BAIK

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Nyadran di Pekalongan Jawa Tengah

19 Mei 2024   19:16 Diperbarui: 19 Mei 2024   19:51 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MEMELIHARA BUDAYA DAN KESEJAHTERAAN PETANI DI DESA KALIPANCUR, PEKALONGAN

Nyadran atau Sadranan adalah tradisi tahunan yang dilaksanakan oleh masyarakat Jawa, terutama di daerah Pekalongan, Jawa Tengah, dan Desa Kalipancur, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan. Tradisi ini berlangsung dua kali dalam setahun di kompleks pemakaman setempat, Tradisi ini juga dikenal sebagai Ruwahan. Acara ini merupakan bagian penting dari agenda rutin masyarakat sebelum memasuki masa tanam padi.

Pada Sabtu, 18 Mei 2024, ratusan warga Desa Kalipancur, Bojong, Pekalongan, berkumpul di pagi hari pukul 06.00 WIB untuk mengikuti tradisi Nyadran di kompleks pemakaman desa. Acara dimulai dengan doa bersama yang dihadiri oleh seluruh elemen masyarakat, disertai dengan musik rebana dan sambutan dari tokoh masyarakat. Warga membawa berbagai jenis makanan yang kemudian ditukarkan setelah diberkati dengan doa bersama. Tujuan utama tradisi ini adalah untuk memohon kelancaran dan pertolongan dari Tuhan, khususnya bagi para petani yang akan memulai musim tanam padi,agar diberikan keselamatan dan hasil panen yang baik dan melimpah.

Bapak Muhroji, selaku kepala desa Kalipancur, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan langkah awal menjelang musim tanam padi. Oleh karena itu, warga Desa Kalipancur menjalankan Nyadran dua kali dalam setiap tahun dengan harapan agar Tuhan meridhoi niat para petani dan memberikan keselamatan serta hasil panen yang baik. Selain itu, beliau juga mengingatkan warga untuk segera menanam padi, mengingat bahwa saluran irigasi akan segera ada pengeringan dan musim kemarau akan segera tiba.

Acara Nyadran bukan hanya menjadi momen penting bagi para petani, tetapi juga untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga. Di samping menjadi ungkapan rasa syukur dan doa, tradisi ini juga berperan dalam melestarikan warisan budaya dan adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun