Mohon tunggu...
Suyono Darul
Suyono Darul Mohon Tunggu... Guru - Seorang Instruktur Kursus Komputer

Instruktur Kursus Komputer di LPK DARUL ILMI blog pribadi saya : http://suyonodarul.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Berdo’alah pada Tuhan, Jangan Memerintah-Nya

8 Desember 2010   15:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:54 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Seorang kawan melontarkan tema menarik dalam satu obrolan kaki lima, dan itu menurutku sangat menarik sekali. Dia mengatakan bahwa selama ini dia tidak pernah lagi memanjatkan do’a kepada Tuhan dikarenakan dia merasa segala do’a yang dia panjatkan telah memiliki motivasi lain (memaksa) Tuhan untuk mewujudkan apa yang dia inginkan, sehingga menurutnya itu sangat tidak sopan, mengapa Tuhan kita perintah-perintan atas kemauan kita bukan justru kita yang mengikuti apa maunya Tuhan.Sekilas memang itu ada benarnya, namun bila kita menelaah dan melihat fungsi dan peran do’a, bahwa do’a merupakan sebuah cara seorang hamba untuk meminta pertolongan kepada khalik-nya sehingga  entitas daripada do’a itu sendiri merupakan pengejawantahan kehambaan manusia kepada sang Khaliq. Namun apakah benar bahwa do’a kita selama ini sudah sangat kelewat batas dan lerelaluan kepada Tuhan, padahal Tuhan sendiri berpesan, “Berdo’alah pada-Ku maka akan Aku kabulkan”, dengan kata lain sebenarnya Tuhan mengijinkan dan mengharuskan untuk hambanya berdo’a dan itulah tanda bahwa kita butuh Tuhan sebagai tempat meminta.

Tetapi yang jadi permasalahan sebenarnya adalah bukan salah ajaran do’a itu sendiri, tetapi lebih kepada motivasi, niat dan maksud dari do;a kita. yang  kurang lebih terkadang tidak sadar diri dan cenderung  arogan.

Pengalaman penulis sendiri pun demikian, sempat merasa untuk malu untuk memanjatkan do’a, bukan karena tidak butuh dan sebuah kesombongan, tetapi merasa sangat malu dan takluk oleh berlimpahnya pemberian Tuhan selama ini yang tak mampu di-syukuri satu persatu, sehingga  hati serasa dilingkupi oleh perasaan terpenuhi tak terhingga dan tak ada yang kurang dari hidup ini. Walaupun dalam pandangan manusia kehidupan masih dibawah standar “Nyaman”.

Namun apakah pandangan dan perasaan spiritual seperti ini dapat kita salahkan, dimana do’a ini tak mamapu lagi kita ucapkan hanya karena kita sudah sangat merasa tercukupi secara batin. Ataukah ini termasuk arogansi seorang hamba, yang jelas do’a  hanya akan menjadi momok bila kita tidak menempatkanya sebagai kebutuhan, karena kita berdo’a selama ini untuk memenuhi apa yang kita inginkan, bukan yang kita butuhkan, sehingga do’a itu begitu egois dan bodoh. Padahal bila benar Tuhan mewujudkanya, kita tak pernah tau apakah hal tersebut baik untuk kita atau tidak.

Sehingga kesimpulan penulis, do’a tetaplah penting sebagai alat, media manusia meminta sesuai dengan takaran pribadi seorang mahluk (problemnya selama ini apakah kita bisa mengukur siapa diri kita) bukan meminta  sesuatu yang  arogan dan memuaskan nafsu kita.  dan do’a dengan nafsu menujukkan bahwa selama ini kita bukanlah orang yang pandai menghitung-hitung nikmat Tuhan dan mensyukurinya, sehingga kita selalu merasa kurang dan miskin secara mental spiritual. Jadi tetaplah berdo’a sahabatku dan jadikan Tuhan adalah penolong bagimu. Hanya tuhanlah yang benar.

http://suyonodarul.wordpress.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun