Mohon tunggu...
Suyono Darul
Suyono Darul Mohon Tunggu... Guru - Seorang Instruktur Kursus Komputer

Instruktur Kursus Komputer di LPK DARUL ILMI blog pribadi saya : http://suyonodarul.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tangisan Pasca Pengumuman UAN 2010

27 April 2010   15:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:33 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

[caption id="attachment_128173" align="alignleft" width="150" caption="www.kaltimpost.co.id"][/caption] Suasana haru menyelimuti aula salah satu SMA swasta di Kota Tenggarong, ada yang saling berpelukan antar teman, ada yang termenung hampa dipojok aula atau sekedar bersalam salaman, saya seperti tersedot suasana pada masa lalu, kala pengunguman kelulusan SMA. Demikian adanya, yang lulusa bersorak gembira dan yang tidak lulusa hancur hatinya. Sebenarnya saya sama sekali tidak mempermasalahkan suasana ini, karena suasana seperti ini seringkali muncul di cerita lain kehidupan kita, tidak hanya pada masa kelulusan sekolah. Namun yang menjadi ganjalan hati adalah ketika alasan kita menangis dan alasan kita tertawa itulah yang menjadi kurang tepat dikondisikan seperti ini. Bagaimana tidak, pendidikan yang seharusnya bisa membebaskan manusia dari belenggu ketakutan masa depan kini justru menjadi Vampir yang menakutkan, hanya karena patokan nilai standar kelulusan UAN, anak didik harus mengalami masa trauma untuk menghadapinya. UAN sepertinya terkondisikan di masyarakat dan system pendidikan kita seperti gerbang masa depan kita, apakah setelah itu masuk “Neraka” atau masuk “Surga” di dunia ini. Pertama, Adanya image di masyarakat, terutama orang tua apabila anaknya tidak lulus UAN berarti anak tersebut telah gagal dalam pendidikannya. Terlihat dari penuhnya bimbel-bimbel dan lembaga Padahal itu merupakan kesalahan besar. Padahal gagal UAN sama halnya kita dikelas satu dan dua tidak naik kelas, bedanya ini di kelas tiga. Seharusnya kita tidak perlu memaksakan Image itu di otak anak, yang membuat anak semakin traumatis terhadap UAN, sehingga UAN bisa di posisikan sebagai ujian biasa yang akan menseleksi tingkat kemampuan anak terhadap pelajaran dan rasa tanggung jawab anak kepada pelajaran yang mereka terima, tidak sekedar angka. Kedua, Standar nilai kelulusan UAN yang masih bersifat standar nasional ini juga menjadi masalah, ditengah masih banyaknya kesenjangan SDM Guru, fasilitas pendidikan, kultur dan budaya pendidikan di masing-masing daerah di Indonesia membuat nilai standar nasional kelulusan UAN menjadi sangat tidak adil. Bagaimana kita bisa menyamakan kualitas pendidikan di Jakarta dengan kualitas pendidikan yang full fasilitas dengan fasilitas pendidikan yang ada di pedalaman Kalimantan. Sangat tidak fair. Ketiga, Perlu ada reformasi system pendidikan yang lebih memanusiakan anak didik bukan saja mengejar kemampuan intelektual tetapi juga emosional, spiritual. Seperti mencoba mengkondisikan lembaga pendidikan dikatakan unggul atau tidak unggul oleh pemerintah, sehingga terjadi ketidak merataan kesempatan pendidikan bagi siswa yang berprestasi cukup atau bahkan kurang. Dengan membuat label sekolah unggulan oleh pemerintah hanya membuat kesan bahwa anak-anak yang ada didalamnya adalah anak-anak yang unggul, padahal pendidikan adalah proses belajar terus-menerus dan tidak selalu berhasil, karena sejatinya manusia dalam hidup terkadang menghadapi ketidak berhasilan, tetapi bukan gagal. Jadi dengan mereformasi system pendidikan yang lebih memanusiakan kemampuan masing-masing anak didik akan lebih membuat anak didik disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhannya. Catatan terakhir, mengutip perkaaan Jhon Naisbit dalam bukunya Mind Set, “Tujuan pendidikan adalah Belajar bagaimana caranya belajar, satu-satunya cara agar kita dapat terus menjalani petualangan pembelajaran sepanjang hayatnya”. http://soeyoeno.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun