Cerpen  |  Rinjani: Cahaya yang Kembali di Tlogosari
DikToko
(Soetiyastoko)
Hujan deras mengguyur Semarang, membanjiri kota bawah. Termasuk jalan Parangkembang di perumahan Tlogosari.
Rumah sederhana milik Rinjani dan suaminya, Rahadian, tak luput dari genangan air. Di ruang tamu, Rahadian duduk termenung, menatap istrinya yang terbaring lemah, di atas ranjang besi  ber-kasur tipis. Dingin air yang merendam hingga betisnya, tak dihiraukannya.
Tubuh Rinjani semakin kurus, wajahnya pucat, dan nafasnya berat. Ia telah berbulan-bulan berjuang melawan kanker darah yang menggerogoti tubuhnya. Namun malam itu, kondisinya tampak semakin kritis.
Sementara itu, jauh di Inggris, kedua putri kembar mereka, Janira dan Jinari, yang sedang menempuh pendidikan S3 dengan beasiswa, merasakan kegelisahan yang sama.
***
Pergulatan Hati di Negeri Jauh
Janira dan Jinari, meski tengah disibukkan dengan penelitian mereka, tak bisa menahan kecemasan. Malam itu, Janira mendapat kabar dari ayahnya.
"Jin, Ayah bilang kondisi Ibu semakin buruk. Kita harus pulang," ucap Janira dengan mata berkaca-kaca.
Jinari memeluk kakaknya. "Aku tahu, tapi uang kita bahkan hanya cukup untuk makan dan transportasi harian. Kita tak punya tabungan, Jani."