Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Pendidikan | Penyebab Anak Kecil Tumbuh Menjadi Pembangkang dan Sulit Dikendalikan, Rincian dan Tips Perbaikan

18 Oktober 2024   23:57 Diperbarui: 19 Oktober 2024   01:30 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eyang Buyut Manunggal 8

Pendidikan  |  Penyebab Anak Kecil Tumbuh Menjadi Pembangkang & Sulit Dikendalikan: Rincian dan Tips Perbaikan

DikToko
(Soetiyastoko)

Anak-anak adalah anugerah dari Allah Swt yang harus dididik dengan penuh kasih sayang dan perhatian.

Kenyataannya dalam beberapa kasus, perilaku anak yang sulit dikendalikan dapat menjadi tantangan besar bagi orang tua. 

Fenomena anak yang tumbuh menjadi pembangkang tentu menjadi kekhawatiran tersendiri, terutama bila hal ini tidak di atasi sejak dini.

Untuk memahami hal di atas lebih dalam, mari kita lihat beberapa penyebab utama dari perilaku pembangkangan pada anak dan bagaimana cara memperbaikinya.

Penyebab Anak Tumbuh Menjadi Pembangkang

1. Kekurangan Perhatian dan Kasih Sayang

Salah satu penyebab utama anak menjadi pembangkang adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua.

Biasanya hal ini terjadi akibat orangtua tidak mengerti, bagaimana seharusnya bersikap dan menjadi teladan bagi anak-anaknya.

Menggampangkan bagaimana mendidik anak. Dianggapnya mudah dan tak perlu ilmu untuk menjadi orangtua yang benar. Bahkan lebih asyik pada aktivitas kesenangannya sendiri dari pada serius mendidik anak.

Akibatnya anak yang merasa diabaikan akan mencari perhatian melalui perilaku negatif.

Mereka mungkin berperilaku buruk hanya untuk mendapatkan respons dari orang tua, meskipun pada akhirnya respons tersebut berupa kemarahan atau hukuman.

2. Pola Asuh yang Tidak Konsisten

Ketidakselarasan dalam mendidik anak, seperti penerapan disiplin yang tidak konsisten, bisa membuat anak bingung tentang apa yang benar dan salah.

Misalnya, jika satu kali perilaku buruk anak dibiarkan, namun di lain waktu dihukum keras, ini akan menimbulkan ketidakpastian pada diri anak mengenai batasan perilaku yang diharapkan. 


Suatu waktu dibiarkan bahkan diijinkan memainkan perangkat dapur , dikesempatan lain dilarang.

Mestinya, hal-hal yang bukan mainan,  sejak awal tidak boleh dijadikan mainan. Orangtua harus konsisten.

3. Lingkungan yang Kasar dan Keras

Lingkungan keluarga yang penuh dengan kekerasan, baik fisik maupun verbal, dapat menyebabkan anak meniru perilaku kasar tersebut.

Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat dan dengar, sehingga ketika mereka tumbuh di lingkungan yang penuh kekerasan dan barbar, ... besar kemungkinan mereka akan mengadopsi perilaku tersebut dan menjadi pembangkang.

4. Orang Tua yang Temperamen dan Moody

Orang tua yang memiliki sifat temperamental dan sering moody (mudah berubah suasana hati), juga dapat memengaruhi perilaku anak. 


Anak-anak belajar berprilaku dengan mengamati bagaimana orang tua mereka mengelola emosi dan menghadapi situasi.

Jika orang tua sering tiba-tiba marah-marah, membentak, mengancam, melempar, memukul, tanpa alasan yang masuk akal dan jelas, atau menunjukkan emosi yang tidak stabil, anak akan cenderung meniru perilaku tersebut. 


Akibatnya anak menjadi sulit dikendalikan.

Mereka akan menjadi lebih rentan untuk memberontak karena tidak memahami batasan yang jelas mengenai perilaku yang diinginkan.
Anak akan mengalami kebingungan dalam merespons perubahan suasana hati orang tua.

5. Kurangnya Komunikasi yang Baik

Komunikasi yang buruk antara orang tua dan anak sering kali menjadi pemicu perilaku pembangkangan.

Ketika anak merasa tidak didengar atau diabaikan, mereka cenderung mencari perhatian dengan cara yang negatif.

Komunikasi yang efektif adalah kunci dalam menjalin hubungan yang baik, tidak hanya diantara orang dewasa.

Komunikasi efektif dengan anak kecil  amatlah penting, sekaligus mengurangi potensi perilaku memberontak.

6. Kebiasaan Menghukum Tanpa Penjelasan

Menghukum anak tanpa memberikan penjelasan atau alasan yang jelas hanya akan membuat mereka merasa dihukum tanpa sebab yang mereka pahami.

Hal ini dapat menimbulkan perasaan dendam dan membuat mereka semakin keras kepala di kemudian hari.

Sebaliknya, penting bagi orang tua untuk menjelaskan alasan di balik setiap konsekuensi yang diberikan agar anak dapat belajar dari kesalahan mereka.

7. Tidak Memberikan Batasan yang Jelas

Anak-anak membutuhkan batasan yang jelas agar mereka tahu perilaku mana yang dapat diterima dan mana yang tidak.

Jika orang tua terlalu permisif atau tidak memberikan aturan yang tegas, anak akan tumbuh dengan sikap "bebas" yang membuat mereka sulit diatur dan cenderung berperilaku sesuka hati.

Tips Perbaikan

1. Memberikan Kasih Sayang dan Perhatian yang Cukup Orang tua harus memastikan bahwa mereka memberikan waktu berkualitas bersama anak, *seperti mendengarkan apa yang anak ceritakan*, bermain, atau sekadar berbicara dari hati ke hati.  Peluklah anak saat mendengarkannya.

Kasih sayang dan perhatian yang tulus dapat membuat anak merasa dicintai, sehingga mengurangi perilaku negatif yang dilakukan hanya untuk mencari perhatian.

2. Konsisten dalam Menerapkan Aturan

Konsistensi dalam mendidik anak sangat penting. Orang tua harus tegas, tetapi tetap lembut, dalam menerapkan aturan.

Jika ada aturan yang dilanggar, berikan konsekuensi yang jelas agar anak memahami batasan yang ada.

3. Menciptakan Lingkungan yang Aman dan Positif

Lingkungan yang penuh kasih sayang, bebas dari kekerasan verbal maupun fisik, akan membuat anak merasa aman secara emosional.

Orang tua sedapat mungkin harus menghindari kekerasan sebagai bentuk pemaksaan disiplin dan menciptakan suasana yang penuh pengertian di dalam keluarga.

Jika amat terpaksa,  dengan pemberitahuan terlebih dulu "akan dicubit bila sekali lagi melakukan ..." , misalnya.
Jika pun mencubit, cubitlah bokongnya. Akan terasa sakit, tapi tidak berbahaya. Ini cara untuk membuatnya jera.

Lakukan dengan emosi terkendali. Bukan untuk pelampiasan kemarahan. Ingat sedang mendidik, bukan menyiksa musuh !
Jangan dipukul, itu bisa berakibat fatal.

4. Mengendalikan Emosi Sebagai Orang Tua

Orang tua yang temperamental dan moody harus mulai belajar mengendalikan emosi mereka. Jika tak ingin menggoreskan luka bathin pada anak , itu secara psikologis sulit diobati.

Ingat, ... Orangtua temperamental dan moody, biasanya tumbuh dibawah asuhan pola yang temperamental dan moody juga.

Ketika orang tua mampu menunjukkan ketenangan dan pengendalian diri dalam situasi sulit, anak juga akan belajar untuk mengendalikan emosinya.

Jangan lupa untuk menunjukkan kasih sayang dan kesabaran, bahkan ketika menghadapi situasi yang membuat frustrasi.

5. Mengembangkan Komunikasi yang Terbuka

Orang tua perlu berusaha untuk selalu berkomunikasi dengan anak secara efektif.

Mendengarkan perasaan dan pendapat anak, serta berbicara dengan *nada yang tenang dan penuh pengertian*, akan membantu anak merasa dihargai.

Komunikasi yang baik juga mencegah timbulnya frustrasi yang sering menjadi pemicu pembangkangan.

6. Menggunakan Pendekatan Positif dalam Mendisiplinkan Anak

Daripada menghukum, gunakan pendekatan positif dengan memberikan apresiasi ketika anak berperilaku baik.

Jika anak perlu diberi konsekuensi hukuman (misalnya, dicubit) atas kesalahan, pastikan terlebih dulu untuk menjelaskan alasan di balik konsekuensi tersebut dan selalu bersikap adil serta sabar.

7. Menetapkan Batasan yang Jelas

Batasan yang tegas namun tetap disampaikan dengan penuh kasih sayang akan membantu anak memahami konsekuensi dari tindakan mereka.

Cara ini juga membantu anak untuk tumbuh dengan disiplin dan rasa tanggung jawab.

Kesimpulan 

Pembangkangan pada anak bukanlah masalah yang tidak dapat diatasi.

Dengan perhatian yang cukup, komunikasi yang baik, konsistensi dalam mendidik, serta pengendalian diri sebagai orang tua, perilaku negatif pada anak dapat diatasi secara bertahap.

Orang tua yang temperamental dan moody juga harus berusaha memperbaiki diri, karena anak-anak belajar banyak dari perilaku orang tua.


Saran

Hendaknya suami-istri sebagai orangtua, menciptakan lingkungan rumah yang damai dan positif akan membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang taat, bertanggung jawab, dan menghormati orang lain.

Sebagai umat Muslim, kita harus selalu mengingat bahwa anak-anak adalah amanah dari Allah yang harus kita jaga dan didik dengan penuh kasih sayang. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..." (QS. At-Tahrim: 6)

Hadits Rasulullah SAW juga menegaskan pentingnya pendidikan yang baik bagi anak-anak:

"Tidak ada pemberian yang lebih utama dari seorang ayah kepada anaknya selain akhlak yang baik." (HR. Tirmidzi)

Dengan mengikuti prinsip-prinsip Islam dalam mendidik anak, orang tua dapat membimbing mereka menjadi pribadi yang baik, bertanggung jawab, dan berakhlak mulia.

Perbaiki komunikasi, kendalikan emosi, dan selalu bersikap sabar dalam mendidik anak.

Sebagai orangtua, ... Jadilah contoh nyata, teladan dalam prilaku, karena itulah kunci untuk mencetak generasi yang sukses dan taat kepada Allah SWT.

-----------

Pagedangan, Jumat, 18/10/2024 23:20:16
Televisi dihidupkan sekedar untuk merajang  hening.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun