Berbeda dengan produk yang target pasarnya semua kalangan atau lebih spesifik yang dijual untuk kaum marginal yang daya belinya relatif rendah. Seringkali berorientasi kebutuhan /need.
Apapun segmen atau ceruk pasar yang dituju, semua ada plus dan minusnya tersendiri.
Fakta Rentang Harga
Kita bisa temukan sikat gigi yang dijual persatuan dengan harga Rp 3 ribu, di rak yang sama ada yang dijual seharga Rp 35 ribu. Masing-masing laku. Tentu fungsi sikat gigi itu sama, hanya berbeda sedikit pada kenyamanan penggunaannya.
Pada contoh lain, sebotol air minum dengan merk dan ukuran kemasan yang sama, dijual dengan harga yang berbeda-beda. Mengapa bisa berbeda harga ? Ini pengaruh lokasi penjualannya. Di warung pinggir jalan Rp 2 ribu, di warung padang Rp 5 ribu, di restoran Rp 10 ribu dan di hotel bintang 5 Rp 25 ribu. Semuanya terjual.
Kecemasan Dalam Penetapan Harga
Adakalanya produsen-penjual takut-takut dalam menetapkan harga produk fisik atau jasa-nya. Sebab takut kalah bersaing dan tidak laku.
Kecemasan di atas  tidak perlu terjadi, bila dia sudah dengan jelas menetapkan target atau ceruk pasar yang dituju. Termasuk target keuntungan yang harus didapat.
Seorang penyanyi ada yang menetapkan tarif tampil di panggung Rp 150 juta dengan 5 lagu. Ada pula yang menetapkan Rp 500 ribu dari pagi hingga senja. Semua tergantung cara mengemas citra diri, per-merk-an - branding.
Pilih Branding Atau Perang Harga
Perlu diketahui, branding, citra perusahaan atau merk itu ada harganya. Seseorang merasa mendapatkan keuntungan psikologis dan prestis ketika menggunakan jasa dekorasi pesta atau jasa perias pengantin tertentu.
Jika seorang pebisnis jasa atau produk ingin tetap eksis dan berkembang, dia tidak akan memilih strategi perang harga.Â
Saling menurunkan harga adalah indikator usaha itu tak akan mampu bertahan.
Bersaing itu pada kualitas produk, citra, pelayanan, integritas dan kepercayaan serta kepuasan pelanggan.
Pelanggan yang puas adalah bagian pihak yang akan ikut mempromosikan jasa dan produk yang kita jual.