Puisi  |  Diam Terkunci
Sebaskom sepi kuangkat pelan-pelan ke kamar mandi
Kukumpulkan  pucuk demi pucuk sejak dini hari, dari yang terserak di teras rumah
Sebaskom pucuk-pucuk sepi,
ternyata,
tak cukup untuk
susun sebait puisi
yang
bisa
luruhkan pintu hati-mu,
kini
diam terkunci
senyum
(Yaa Dikau Pencipta kasih, mampukan aku wujudkan janji, riangkan hatinya, dengan rinduku yang makin segar, usai dibasuh sepi)
***
Bumi Serpong Damai 22 Maret 2022
Suara burung pagi menyapu sepi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H