Puisi  |  Cerita Ibu Kota
Teratai ungu sendu wajahmu
terbeban pilu
Mengapung dijernihnya telaga
cinta terkoyak
Sedangkan sepi menggenangi
benak dan  hati
Di tengah riuhnya bejana kota
Setir bundar besar
dan
kaca depan lebar
Tiga pedal, lembut ditekan bergantian.
Kau buat melaju nyaman
sepanjang koridor pas badan bus besar
Trans Jakarta
Kau berusaha tegar-ramah
dan
tetap sabar,
Di kegetiran kehidupan
Bolak-balik menyusuri pengapnya jalan Ibukota.
Mengantar penumpang
(Pagi tadi di  pool seusai sholat subuh, kau lihat dan dengar, suami-mu digelandang petugas. Tertangkap basah pesta narkoba bersama perempuan-perempuan berbaju tak sopan)
Mengapa ada perempuan pejuang kehidupan, tak diperlakukan layak ?
***