Soetiyastoko
Duri-duri itu, satu-satu
kau raut,
kini
telanjang
tiada perlindungan,
tinggal merah kuntum
jelang
mekar
dalam kaku contong plastik.
Itu bunga tangan
yang
kau ajukan padaku
seraya
berikrar indah dalam drama
Lampion-lampion merah
beraksen emas
bergantungan sepanjang jalan
kuhitung dulu
sebelum menjawabmu
Jangan marah,
sabar dan tunggu
karena hidup
tak cukup
berawal rekah merah.
Dengan apa,
kelak
kau
nafkahi aku ?
Agar tetap lega bernafas.
***
Pagedangan, 30 Okt 2020
Ada gambar bulat-bulat di dinding kamarku, sorot surya selusup lewat ventilasi.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!