Jangan Tunggu Di Teras Rumah
Soetiyastoko
Kekasih,
maafkan aku
hanya sesaat-sesaat saja
ku
memeluk
mu.
Kekasih
bukankah sepakat sudah,
kita
kejar masa depan
maka
ketika berlari kencang
tak
mungkin
dengan berpegangan tangan
Apalagi
di
pandemi ini
sudah berbulan
kita tak seranjang,
biarkan
kutuntaskan perjuangan
yang
memang
bagian tugasku.
Bukan merayap
mengendap-endap
dan
luka berdarah-darah
tergores semak dan batu.
Tak sempat rasakan sakit ditembus peluru
atau,
lapar
tanpa tahu, kapan bisa makan
dan
akan makan apa,
seperti para pejuang kemerdekaan.
Bukan,
bukan seperti itu.
Kekasih,
alat pelindung diri-ku
memang bukan topi baja,
bebani kepala
tapi,
apd tebal kuraskan
keringatku
dan
musuh
tak bisa
kubidik
dengan jarum suntik.