Oleh : Soetiyastoko
Seorang sahabat berasal dari suatu daerah, dibelakang namanya ada nama keluarga-marga. Lazimnya bila sudah dewasa disapa dengan nama keluarga. Namun sahabat ini menolak, dipanggil demikian.
"Saat ini aku belum pantas dengan nama panggilan itu. Nanti kalau perutku sudah buncit, bajuku necis dan dompetku tebal, panggillah aku dengan nama itu. Bukan sekarang, ...., sekarang aku belum jadi orang, belum sukses," demikian ujarnya.
Hampir setiap orang dengan sadat menginginkan dirinya sukses. Banyak juga kalimat, "semoga sukses" atau "sukses, yaa" yang diucapkan orang kepada sahabat, kolega, teman, anak dlsb. Lalu yang dimaksud sukses itu, seperti apa ?
Diterima lembaga pendidikan, lulus sekolah atau kuliah, diterima kerja, promosi jabatan, berhasil mencapai hal-hal lainnya, di saat seperti itu ....
Sering didapatkan ucapan "selamat dan sukses" atau kalimat lain yang semakna.
Ada yang secara lisan, tertulis, bahkan dalam rangkaian bunga papan, dipajang di lokasi rumah, kantor atau tempat usaha. Termasuk di media sosial.
Sementara itu, juga tidak asing ditelinga kita, kalimat : "Dia sekarang sudah sukses", "Itu, orang sukses" dan yang serupa.
Orang kaya, orang punya jabatan juga sering disebut oleh orang lain, sebagai orang sukses. Demikian juga orang yang berhasil meng-entas-kan anak-anaknya, jadi mandiri dan berkecukupan.
Pertanyaannya, apakah orang yang disebut sukses itu, juga merasa sukses ?
Jawabannya bisa "yaa" atau "tidak" dan "belum". Sangat subyektif dan relatif.
Jika demikian, ukuran sukses itu amat bervariasi, selain subyektif dan relatif. Baik dilihat dari sisi orang yang  melihat atau pun bagi yang dilihat.