Televisi Republik Indonesia (TVRI) adalah stasiun televisi pertama di Indonesia, yang mengudara pada tanggal 24 Agustus 1962. Siaran perdananya menayangkan Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-17 dari Istana NegaraJakarta. Siarannya ini masih berupa hitam putih. TVRI kemudian meliput Asian Games yang diselenggarakan di Jakarta. Dahulu TVRI pernah menayangkan iklan dalam satu tayangan khusus yang dengan judul acara Mana Suka Siaran Niaga (sehari dua kali). Sejak Apriltahun 1981 hingga akhir 90-an TVRI tidak diperbolehkan menayangkan iklan, dan akhirnya TVRI kembali menayangkan iklan. Status TVRI saat ini adalah Lembaga Penyiaran Publik. Sebagian biaya operasional TVRI masih ditanggung oleh negara. TVRI memonopoli siaran televisi di Indonesia sebelum tahun 1989 ketika didirikan televisi swasta pertama RCTI di Jakarta, dan SCTV pada tahun1990 di Surabaya. (kutipan wikipedia) Sengaja saya mengutip sejarah Televisi Republik Indonesia (TVRI) karena bagaimanapun inilah stasiun televisi yang di backup satelit palapa A1, satelit pertama yang di miliki indonesia sejak di luncurkannya bulan Juli 1976. Dengan satelit palapa A1 yang kekuatan sinyalnya meliputi seluruh kepulauan di Indonesia, juga meliputi Malaysia, Philipina, Singapura dan Thailand, inilah bangsa Indonesia di satukan dalam satu bentuk komunikasi broadcast yang lengkap mulai dari berita, hiburan dan juga kepentingan politik pemerintah karena luas jangkauan dan teritori siarannya. Tulisan ini mencoba mengangkat sisi lain dari fenomena Fatin Shidqia. Bagi sebagian besar penonton televisi di kota-kota di Indonesia yang sudah di jangkau oleh televisi swasta, kita memaklumi bahwa TVRI adalah channel yang paling tidak dilirik oleh para pemirsa karena kualitas tampilan dan contentnya tidak semenarik televisi swasta, entah kenapa televisi milik republik ini minim kreatifitas dan tampilannya masih terasa analog di tengah era persaingan televisi swasta yang full digital. Namun ada satu kelebihan yang menonjol dari TVRI ini yaitu kemampuannya membroadcast hingga ke pelosok-pelosok terpencil. Di sisi lain karena terbatasnya anggaran pemerintah untuk televisi ini maka kemampuan TVRI untuk mengundang penyanyi-penyanyi papan atas di Indonesia juga menjadi kendala, mungkin hanya artis senior atau artis yang tidak di undang di televisi swasta sajalah yang masih mau mengisi slot acara di stasiun televisi milik pemerintah ini, nah disinilah pointnya : sebuah usulan untuk manajemen Fatin Shidqia agar mengajukan proposal konser eksklusif di TVRI, atau mungkin juga bagi pihak label SMEI dalam rangka memberikan alternatif hiburan yang dapat mengangkat pula minat penonton televisi untuk memindahkan kanalnya sesekali ke TVRI dan secara otomatis akan mengangkat rating televisi itu. Mungkin kompensasi Fee untuk Fatin dalam acara tersebut kecil, anggap saja sebagai konser amal yang bertujuan menyenangkan khalayak lebih luas di pelosok-pelosok terpencil di Indonesia dan juga meluaskan fenomena fans base fatinistic yang sekarang mewabah di kalangan artis yang ramai-ramai mengekspose fans base nya baik yang baru di buat saat ini atau yang sudah matisuri karena tidak mendapat  perhatian dari artis yang di idolakannya. Ini juga menunjukan bahwa seorang artis yang down to earth semacam Fatin juga peduli pada hiburan masyarakat Indonesia yang tak terjangkau siaran televisi swasta. Beati pauperes spiritu, In necessariis unitas, in dubiis libertas, in omnibus caritas. #HappySweetSevenTeen Fatin Shidqia Lubis..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H