Mohon tunggu...
Soesi Sastro
Soesi Sastro Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Sosial dan Lingkungan

The secret of change is to focus all energy not on fighting the OLD but on building the NEW

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Antara Raja Ampat dan Gereja Bosiro di Papua Barat

17 Oktober 2015   22:14 Diperbarui: 18 Oktober 2015   07:11 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 Siapa yang tak ingin ke Raja Ampat Papua Barat. Coba angkat tangan. Semua pasti maulah. Akhir-akhir ini kunjungan wisatawan ke kepulauan indah di wilayah kepala burung Papua Barat tersebut mengalir deras.  

Turis mancanegara sudah sejak lama ke Raja Ampat. Mereka lebih tahu duluan daripada turis domestik. Mengapa, karena pada umumnya para warga asing akan mencari destinasi wisata berbasis natural resources sumberdaya alam, apakah hutan alam, hutan pantai, pantai, pegunungan, desa-desa tradisional dan sebagainya. Sedangkan turis domestik yang dicari mal, pusat perbelanjaan, hiburan dan sebagainya.

Baru setelah promosi gencar dilakukan oleh travel-travel besar juga para crew televisi luar negeri dan dalam negeri datang meliput maka jadilah si Raja Ampat betul betul menjadi raja wisata bahari. Perekonomian kota Sorong bergerak tumbuh menaik. Pendatang berdatangan, mengadu nasib, membuat kue-kue khas Sorong, mencetak kaos, tas, gantungan kunci, sandal dan sebagainya.

Papua Barat pada dasarnya dianugerahkan alam yang sangat indah. Sisa-sisa hutan yang pernah dilibas oleh perusahaan konsesi atau mungkin penebang liar masih bisa diintip sekilas. Beberapa distrik di Sorong Selatan misalnya masih memiliki hamparan hutan sagu yang luas meskipun hutan merbau di daerah itu dinyatakan habis. Sungai-sungai bening dan jernih airnya masih cukup banyak. Alamnya eksotis.

Bisa jadi, Sorong Selatan kedepan akan menarik wisatawan mancanegara maupun domestik. Jalan darat dari Sorong ke Teminabuan dan Kais dipastikan lancar. Di Bosiro distrik Kais sendiri terdapat sebuah gereja tua yang dibangun pada tahun 1916, jauh sebelum kemerdekaan RI tahun 1945. Gereja Kristen berumur hampir seratus tahun tersebut sangat kokoh, asli berbahan kayu merbau yang sangat kuat meskipun beratap rumbia. Gereja Bosiro ini saya yakin bakal menjadi destinasi wisata yang menarik.

Selain itu, proses pengolahan sagu alam menjadi tepung di pabrik pengolahan sagu milik BUMN Perhutani yang akan beroperasi tahun 2016 di distrik Kais, dapat dipertimbangkan sebagai tujuan wisata juga. Wisatawan bisa membandingkan antara sagu yang diolah secara tradisional dan diolah secara modern di pabrik tersebut kelak.

Demikian juga panganan-panganan berbahan baku sagu akan dapat dikembangkan masyarakat setempat untuk mendukung pariwisata di Sorong Selatan.

Hanya butuh dukungan promosi yang gencar dari pemerintah, media-media dan masyarakat yang ingin mewujudkan Indonesia lebih baik. (SOE/2015)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun