Mohon tunggu...
Soesi Sastro
Soesi Sastro Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Sosial dan Lingkungan

The secret of change is to focus all energy not on fighting the OLD but on building the NEW

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Andai Jokowi Tahu Ada ‘Hutan’ Durian di Gianti

25 Desember 2015   16:11 Diperbarui: 26 Desember 2015   14:03 2940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak toko buah di Jakarta bahkan di daerah selalu dijual durian impor dari Negara tetangga, bentuknya besar, rasanya legit, harga selangit. Jarang bahkan boleh dibilang tidak ada (sepengetahuan saya) durian dari negeri sendiri hadir di toko buah supermall, supermarket, fruits market di kota-kota besar tersebut.

Mengapa demikian? Apakah memang tak ada durian seenak durian impor di Indonesia, atau memang buah lokal diharamkan masuk toko buah berpendingin .

Durian lokal kelihatannya cukup puas dijual di pasar lokal, pinggir-pinggir jalan, atau rumah-rumah penduduk pemilik pohon durian. Sebut saja di Medan kita kenal ada Durian Ucok di jalan Wahid Hasyim, di Samarinda disepanjang sungai Mahakam, Di Palembang, Pontianak, Sorong Papua, di Jepara, Purworejo dan sebagainya. Tetap saja duren itu kelasnya lokalan belum sampai di ekspor atau masuk supermarket misalnya. Padahal durian lokal tak kalah enaknya. Sebut saja durian Gianti.  

Hanya berjarak 40 km dari Candi Borobudur kearah Mungkid, tepatnya dusun Mantenan, Desa Gianti, Kecamatan Candi Mulyo Magelang, kita bisa menikmati durian Gianti raksasa yang rasanya lebih enak dibandingkan durian impor itu.

Berada di dusun Mantenan Gianti di kaki gunung Merbabu kita benar-benar berada di desa hutan yang teduh dan asri jauh dari hiruk pikuk kebisingan kendaraan kota besar. Sepanjang mata memandang setiap rumah penduduk dipenuhi bermacam pohon buah-buahan. 

Tohirin dan Narti adalah sekian dari penduduk dusun Mantenan yang menjual durian di rumahnya. Menurut Narti, hampir seluruh penduduk dusun Mantenan memiliki pohon durian antara 10 sampai 20 pohon di sekitar rumah mereka. Durian tersebut umumnya dijual di pohon ketika belum masak.

Bahkan kata Narti ada durian yang buahnya sampai 500 di pohon. Dia sendiri mengaku membeli sampai 90 pohon durian kalau pas musim panen untuk dijual lagi di rumahnya. Pembeli bisa menikmati durian di teras atau halaman rumah Narti yang khusus disediakan untuk pendatang penikmat durian.

Duren Gianti (saya menyebutnya begitu) rasanya memang legit, ukuran dari kecil sampai duren raksasa ada. Harganya bervariasi dari Rp. 10 ribu sampai Rp. 300 ribu per buahnya untuk kualitas premium.

Selain durian, di desa Gianti ini juga banyak dijual buah duku, langsep, kokosan pada saat musimnya tiba. Puncak musim durian adalah bulan Februari dan Maret. Bagi penggemar durian saatnya merasakan sensasi durian dalam negeri saatnya ke Gianti. 

Sekedar berandai-andai, apa jadinya kalau Jokowi mengetahui ada hutan durian dan buah duriannya seenak duren impor itu. Mungkin impor durian ditinjau ulang, bisa jadi disuruh stop atau bisa juga semua desa di Indonesia diminta untuk dihutankan, desa hutan buah-buahan. Sebagai seorang forester sejati, saya yakin Jokowi ingin menghutankan desa-desa bahkan mungkin juga kota-kota di Indonesia.

(SOE/2015)

bila mengcopy artikel ini tuliskan sumber linknya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun