Ketika mendengar bahwa kawan sekeluarga terjebak kemacetan panjang lebih dari 20 jam di Tol Cipali keluar Brebes Timur Exit (BREXIT) pada H-2 saya ikut prihatin dan bisa membayangkan bagaimana lelah fisik, pikiran, perasaan dan segala stress yang dialami di dalam kendaraan SUV barunya. Tidak jarang ia melihat para pemudik adu mulut dan bersitegang satu dengan yang lain.
Persediaan air minum, makanan ludes, ia juga khawatir bahan bakar habis di tengah jalan dan terpaksa beli eceran.
Tegang. Demikian ia mengatakan dari ujung telepon genggamnya. Terpaksa telpon genggam sekeluarga dinyalakan bergantian karena khawatir battery habis bersamaan ketika ditengah kemacetan panjang.
Menuding dan menyalahkan para pihak bukan pilihan saat itu meskipun kita ini sebagai warga Negara sering ngedumel sudah bayar pajak ini itu, tetap saja fasilitas publik belum seperti yang ada dalam film-film.
Suasana tidak seperti H-5, ketika kami berangkat dari Jakarta sepulang kantor jam empat sore, buka puasa di tol cikampek, kemudian masuk gerbang Cikopo dan menembus melenggang di tol Cipali dengan kecepatan kendaraan 90-120 km/jam. Lancar sekali.
Adanya Tol Cipali harus diakui cukup membantu pemudik. Dibanding tahun lalu, cikal bakal tol masih penuh debu jalanan belum diaspal, tahun ini sudah bagus. Selain kita tidak perlu ribet melalui jalur pantura yang sering macet parah menjelang lebaran, tol Cipali diharapkan akan mengurai kendaraan di beberapa titik persimpangan. Meskipun di pintu tol Brexit kendaraan harus merayap, bukan karena macet tetapi karena jalur menyempit dan adanya lampu lalu lintas merah kuning hijau di pertigaan pertemuan jalur pantura.
Beberapa hal yang bisa membantu, seandainya dari Brexit langsung masuk jalan layang bergabung di jalur pantura. Peran Pemda yang wilayahnya ada jalur pantura penting untuk mengatur atau mentertibkan pasar-pasar tumpah yang semrawut. Juga lalu lintas yang diberlakukan contraflow akan membantu. Terpenting pemudik juga harus disiplin berkendaraan selama kemacetan terjadi.
Berada di beberapa persimpangan seperti Subang, Lembang dan Kertajati Cirebon atau Klampok dan Brebes Tegal pada malam hari misalnya, mengingatkan situasi perjalanan malam di jalan tol dari Los Angeles menuju Santa Barbara dan Santa Maria. Bedanya lajur disana lebih dari dua, dan sepi. Mungkin nanti kalau tol Trans Jawa selesai tahun depan atau tahun-tahun depannya lagi seperti permintaan Jokowi untuk segera menyelesaikan jalur Brebes-Semarang-Solo-Ngawi-Kertosono, maka trans Indonesia akan terwujud.
Negara-negara maju di dunia membangun landasan awal dari infrastruktur. Karena hanya dengan infrastruktur inilah perekonomian akan pesat tumbuh temasuk teknologi komunikasi.
Kembali ke urusan macet di tol Cipali. Mengirim pesan melalui WA juga merupakan hiburan tersendiri di tengah kemacetan tol Cipali. Seperti seloroh kawan saya tadi “andai Jokowi mudik lebaran ke Jawa lewatnya Tol Cipali, ceritanya akan lain”.
Lebaran kali ini Pak Jokowi memilih mudik ke Padang.