Mohon tunggu...
Sofyan Atmaja
Sofyan Atmaja Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

:)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Era Alternatif, Ujian untuk Kemandirian

21 September 2014   03:17 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:05 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

#Kronologi...

Secara sederhana, kronologi harga elpiji yang terus merangkak naik adalah akibat standart global yang kita ikuti, standar harga international.   Pasalnya indonesia masih mengimpor bahan baku yang akan digunakan untuk elpiji, salah satu penyebabnya adalah kebutuhan dalam negeri yang terus menerus meningkat. Begitu juga permasalahan kilang minyak yang kurang maksimal juga beberapa masalah lain yang membelit. Bukan lagi dana talangan saja , subsidi(oleh pemerintah) dan non-subsidi(oleh pertamina), tapi juga devisa yang berangsur mengalami pembengkakan. namun, rasanya kita hanya akan menikmati masa BEP (impas) saja. bagaimana bisa? dari mana kita mendapatkan devisa?, dari ekspor barang dan jasa termasuk energi yang kita jual keluar negeri, di satu lain, bagaimana kita menghabiskan devisa. dari impor yang kita lakukan terhadap barang dan jasa. dari proses impor ini kita mendapatkan terkurasnya devisa plus subsidi(terlebih jika harga dunia semakin tinggi), dalam hal ini dana talangan pertamina atau "subsidi" pertamina. Belum lagi permasalahan yang timbul ketika gejolak si biru mengakibatkan kelangkaan si melon, hal ini wajar.

Kata #Subsidi...

Rasanya tetap perlu memahami subsidi demi menyamakan persepsi bahwa sebenarnya antara si biru dan si melon "sama - sama ditalangi". Dan urusan non-subsidi(subsidi pertamina) tidak bisa lepas dari subsidi(pemerintah). saling bergantung dan saling mempengaruhi. Kata subsidi berarti bantuan finansial untuk mendongkrak daya beli. subsidi sangat berpengaruh terhadap nilai pewawaran dan permintaan yang berperan menjaga keseimbangan. subsidi tidak hanya dimaknai sebagai dana tambal atau dana kesetaraan. namun seharusnya juga dana pertimbangan , maksudnya, dana subsidi yang cukup besar mempunyai begitu banyak potensi. potensi alternatif. Apa hubungannnya dengan 12 kg non-subsidi? elpiji 12 kg atau lebih dikenal dengan si biru pun sebenarnya di berikan dana talangan oleh pertamina. itulah mengapa badan korporasi milik negara ini mengalami keriguan yang besar, demi memenuhi beberapa kebijakan. hal ini seperti tidak berbeda jauh dengan dana yang diberikan oleh pemerintah yang disebut subsidi. intinya subsidi juga tidak sebaiknya dipahami sebagai bentuan finansial saja, tapi juga sebagai katalis pembangunan.

Sekedar #Refleksi...

terkadang apa yang banyak dilakukan di daerah, dengan kemandirian energinya menjadi tamparan. mereka justru menikmati energi yang 3 hal, : jauh, jauh, dan jauh lebih murah-ramah lingkungan. ada yang dari limbah industri mereka memanfaatkan sebagai bahan bakar. Ada juga yang dari sampah yang hingga saat ini bermasalah, mereka dapat gas methan, potensi wisata coba di gabungkan dengan TPA hanya untuk menunjukkan bahwa hal yang selama ini menjadi luka, memberikan manfaat yang luar biasa. Ada juga yang dari lahan pertaniannya mereka dapat bahan bakar biologis.

Seorang teman sempat berceita pada saya, di kepulauan aru, sebut saja nama fais baun, 23. mereka bahkan tidak memperoleh, apalagi menggunakan elpiji (semua varian) untuk keperluan harian. ribuan kayu harus dipotong demi memasak atau sekedar memasak air.

Terbersit secuil rasa tidak adil, sesuatu yang dilakukan demi masyarakat dan pengorbanan finansial yang begitu besar tidak sepenuhnya dapat dinikmati semua. baik pertamina dan pemerintah memiliki tanggung jawab yang sama. tanggung jawab terhadap apa dan siapa yang diayomi.

Sebetulnya indonesia mempunyai potensi gas bumi, jumlah yang begitu besar disertai tidak adanya daya guna yang mengimbanginya membuatnya harus dan hanya dijual begitu saja untuk eksport. dengan melihat kronologi, makna "subsidi" dan refleksi,  kita bisa paham dan mengerti  sekaligus harapan baru bagi penyediaan energi dalam negeri, yang ramah murah dan ramah lingkungan. demi satu hal, kemandirian.

Mengingat kembali saat kebijakan konversi minyak tanah ke elpiji diluncurkan, tidakkah ini sama seperti melihat elpiji beralih perlahan ke gas bumi. konversi minyak-elpiji juga tidak semata-mata untuk mengakali kelangkaan energi yang bakal timbul serta jumlah subsidi yang besar tetapi juga efisensi dan pertimbangan terhadap kelestarian alam. yah mamang harus mencakup semua aspek, semua berimbang, semua senang, semuanya harus berlanjut "ekonomis, ekologis, dan sosial". Antara elpiji dan gas bumi bisa saling melengkapi. elpiji dengan keunggulan distiribusi, dan gas bumi lebih ke onsite energi. Masalah infrastuktur menjadi hal paling krisual gas bumi diwujudkan, dinikmati.  dan yang pasti konsistensi. begitu seterusnya penggalian terhadap energi baru terbarukan harus terus dilakukan.  masyarakat perlu pemahaman, itu mutlak dan tentu pandangan, itu hak.

Saat ini proporsi impor bahan baku elpiji hampir 70%, tak menutup kemungkinan akan sepenuhnya impor mendatang. Pencarian, bukan berarti sepenuhnya mengganti, tapi saling melengkapi, terkadang jenis energi yang sesuai untuk tiap wilayah sifatnya juga sangat lokal. Jumlah pengguna berangsur meningkat,  seperti minyak tanah yang tidak sepenuhnya dihilangkan, beberapa daerah yang memang tak terjangkau masih memerlukan, elpiji subsidi untuk beberapa kebutuhan penting saja dan mereka yang benar-benar  membutuhkan, elpiji 12 kg non-subsidi untuk industri dan kelas menengah keatas, gas bumi dan energi baru terbarukan lain untuk alternatif (sebuah pandangan kemandirian masa depan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun