Lalu, ada dua Unicorn China lainnya yang menyusul yakni, Beike Zhaofang dan Guazi.com. Kedua perusahaan rintisan itu sedang proses pinjaman ke bank dengan maksimal plafon US$1 miliar dan tenor 3 tahun.
Investment Bank Negeri Paman Sam itu berharap setelah mendapatkan pinjaman dana, perusahaan rintisan Negeri Panda itu bakal melantai di bursa menggunakan jasanya.
Sayangnya, aksi IPO Uber tidak membuat Unicorn maupun Decacorn lainnya tertarik ke bursa. Pasalnya, hasil IPO Uber di bawah ekspektasi, jumlah dana yang dihimpun senilai US$8,1 miliar di bawah target awal yakni, US$10 miliar.
Ketika pencatatan perdana, harga saham Uber juga malah tumbang 7,62% ke level US$41,57 per saham dibandingkan dengan harga penawaran perdana US$45 per saham.
Selain faktor Uber, perusahaan rintisan besar yang banyak berasal dari China kemungkinan lebih berhati-hati masuk pasar modal. Situasi perang dagang AS-China yang kian memanas, serta ketidakpastian ekonomi global, diperkirakan bisa menganggu stabilitas pasar modal.
Melihat semua itu, banyak faktor yang membuat perusahaan rintisan besar masih ragu untuk IPO. Pelonggaran kebijakan melantai di bursa belum tentu membuat Unicorn maupun Decacorn tertarik untuk go public.
Jadi, perlu bersabar lebih lama untuk memiliki Unicorn atau Decacorn meski cuma 1 lot.
sumber : Suryarianto.id
*Tayang di Harian Bisnis Indonesia pada Jumat 14 Juni 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H