Mohon tunggu...
Iwan Soeprajogie
Iwan Soeprajogie Mohon Tunggu... -

berpikir jernih untuk mendapatkan suatu gagasan cemerlang dan tindakan gemilang,,bertumpu pada pluralisme...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Salah Kaprah Pengucapan "Insya Allah" & "Na'udzubillahimindzalik"...

7 Desember 2010   02:41 Diperbarui: 4 April 2017   16:45 29641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagai seorang muslim dalam kehidupanya sehari-hari mengucapkan kata seperti "insyaallah" & "na'udzubillahimindzalik" itu wajar, karena kalimat tersebut merupakan kalimat yang diambil dari ayat Allah SWT. Namun yang kita bicarakan sekarang adalah tentang penempatan pengucapan kata itu dalam kehidupan sehari-hari. Sekarang ini banyak yang salah kaprah dengan kata tersebut dalam penempatan pengucapanya. Untuk itu mari kita coba telaah bersama penghayatan dalam penempatan kata tersebut.

a. InsyaAllah
Secara bahasa kata itu berarti jika Tuhan menghendaki, disini makna kata tersebut adalah sebuah bentuk kepasrahan seorang hamba terhadap Tuhan. Seperti yang kita tahu bahwa manusia hanya bisa merencanakan sesuatu dan Tuhan lah yang berkehendak atas perencaan sesuatu tersebut,,akankah terwujud ataupun tidak. Kata InsyaAllah mempunyai makna ketidak tahuan hamba akan waktu yang akan datang, baik itu satu detik mendatang ataupun menit, jam, hari, dan tahun, kita tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya. Maka kita sering mengucapkan kata tersebut. Tapi sering kali kata itu di gunakan untuk menutupi atau sebagai legalitas dari sebuah keraguan. Ketika kita melakukan sebuah janji dengan seseorang kita sering mengucapkan kata itu. Tapi kadang-kadang kita menggunakan kata itu hanya takut bila nanti kita tak menepati janji tersebut atau sebagai legalitas untuk meredam emosi atau kekesalan terhadap pihak yang telah kita berikan janji. Kesalahanya adalah kita menempatkan kata itu atas dasar sungkan (tak berhasrat atau tak kita niati sepenuhnya) atas suatu yang akan kita lakukan. Padahal kata tersebut harusnya kita dasari dengan kejujuran dan niat untuk melakukan apa yang akan kita lakukan bukanya hanya untuk menutupi keraguan kita. Dan bila janji itu tidak terpenuhi hendaknya itu adalah atas kehendak Tuhan bukan atas kehendak kita karena pada waktu berjanji kita sudah sungkan atas hal yang kita janjikan.

b. Na'udzubillahimindzalik
Kata yaang kedua ini sering kita dengar ketika kita melihat ataupun mendengar suatu kejadian yang sangat di murkai oleh Allah SWT. Kata "di murkai oleh Allah Swt" perlu ditekankan pada saat pengucapan kata ini. Kebanyakan dari kita sering salah dalam penempatan pengucapan kata ini. Kesalahanny6a adalah ketika kita melihat hal-hal yang ganjil yang di sebabkan oleh kejadian dari lahiriyah,, seperti orang cacat. Kita sering menghujat orang cacat dengan mengucapkan "na'udzubillahimindzalik" sebagai reaksi kita dengan maksud supaya kita dan keluarga terhindar dari hal seperti yang kita lihat. Tapi itu sebenarnya hal yang keliru. Bukankah orang cacat itu adalah kaarunia Allah SWT kepada seorang hamba yang Dia anggap mampu untuk menangguh hal itu?, bila kita menghujat orang cacat dengan pengucapan kata diatas bukankah sama saja dengan menghujat ciptaan-Nya?,,astaghfirullahal'adzim. Bukankah dengan mengucapkan " alhamdulillah" sebagai rasa syukur atas rahmat yang telah di berikan kepada kita lebih baik dari pada menghujat cacat seseorang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun