Seumur hidup mulai dari masa masih bersekolah di Sekolah Dasar (SD) sampe dengan dibangku kuliah saya belum pernah mempunyai teman yang bercita-cita ingin menjadi seorang petani, khususnya petani padi.
Temen-teman saya umumnya bercita-cita ingin menjadi seorang polisi, tentara/TNI, pengusaha, PNS, pengacara, guru, pilot, dokter dan lain-lain. Termasuk penulis sendiri pun cita-cita nya juga tidak ingin menjadi seorang petani.Â
Apakah ada yang salah dengan profesi sebagai petani sehingga tidak ada satupun teman -teman penulis yang bercita-cita ingin menjadi seorang petani, khususnya petani padi?
Bukankah kalau dipikir-pikir, hampir semua manusia se-Indonesia raya ini mayoritasnya memakan nasi, dan bahkan sebagian besar dari kita tidak akan merasa kenyang kalau belum makan nasi meskipun sudah melahap makanan selain nasi berpiring-piring?
Trus, apakah mungkin bapak ibu kita yang hari ini berprofesi sebagai petani padi akan hidup untuk 20,30, atau 40 tahun yang akan datang?
Bukankah mereka pasti akan menjadi tua dan pada akhirnya tak mungkin sanggup lagi untuk bertani?
Lalu siapakah yang akan menggantikan mereka kalau generasi muda sekarang tidak ada yang mau menjadi petani?
Entah mengapa pertanyaan-pertanyaan sederhana diatas kadang-kadang sangat mengusik hati dan fikiran penulis.Â
Ada semacam keprihatinan dan kekhawatiran atas realita yang ada dan terjadi pada generasi muda kita hari ini yang seolah antipati terhadap profesi sebagai petani.
Namun sepertinya masalah keberlangsungan petani padi di Indonesia bukan hanya terletak pada para generasi muda yang enggan menjadi petani saja, tapi lebih kompleks dari pada itu.