Dalam sebuah pengajian yang saya ikuti beberapa waktu yang lalu, pak Kyai yang memberikan tausiah saat itu menyampaikan, bahwa semakin tinggi jabatan seseorang atau semakin kaya seseorang, maka hakikatnya orang tersebut adalah semakin miskin.
Apa pasal?
Karena semakin tinggi jabatan kita atau semakin banyak harta yang kita miliki, maka kita akan semakin bergantung dan semakin banyak membutuhkan orang lain pula untuk membantu kita.
Sebagai contoh, untuk menjadi seorang Ketua RT saja misalnya. Jika dalam satu RT itu terdapat sebanyak 30 KK, maka kita harus meminta tolong kepada paling tidak 20 KK untuk memilih kita menjadi Ketua RT. Baru kita bisa terpilih menjadi Ketua RT.
Kita memang mungkin mendapatkan jabatan ketua RT tersebut, tapi dengan mengemis terlebih dahulu kepada 20 orang kepala keluarga.
Bayangkan saja, kalau kita mau menjadi Kepala Desa, Bupati, Gubernur apalagi Presiden, berapa banyak masyarakat yang harus kita datangi untuk kita mintai tolong agar mereka mau memilih kita?
Selanjutnya pun sama, semakin banyak harta yang kita miliki, maka akan semakin banyak pula orang yang harus kita minta tenaganya untuk membantu menjadi pengelola harta kita.
Walaupun dalam hubungan relasi kuasa para pekerja itu adalah anak buah kita, tapi tanpa keringat mereka, apakah kita akan bisa menjadi kaya?
Dalam konteks ini, pak Kyai menjelaskan, bahwa seseorang yang meminta sesuatu kepada orang lain dengan harapan besar bahwa orang tersebut akan memberikan apa yang kita inginkan tersebut, maka itulah hakikat dari miskin yang sesungguhnya.
Manusia kadang merasa berkuasa dengan jabatan yang mereka sandang, padahal jabatan itu hanyalah titipan dan pemberian dari banyak orang.Â