Judul Buku: Kotak Hitam Sang Burung Manyar
Pengarang: Y. Suyatno Hadiatmojo, Pr.
Penerbit: Galang Pres
Tahun Terbit: 2013
Tempat Terbit: Yogyakarta
Tebal Halaman: ix, 110 p.
Buku ini adalah buku yang berbicara mengenai kehidupan nyata dan dengan sengaja menggiring pembacanya untuk dibawa dalam kehidupan riel kaum kecil, lemah, miskin, dan tertindas. Tidak hanya membaca kisahnya saja namun, akan menemukan kisah-kisah haru yang patut kita selami/dalami dalam kehidupan ini. Di dalam buku ini dikisahkan bahwa ada banyak sekali rakyat miskin tertindas oleh kekuasaan tanpa ada yang peduli keberadaanya, banyaknya penggusuran, pembanguan atas nama pemerintah, rumah ibadah dan lain sebagainya.
Buku ini mengisahkan konflik batin Romo Mangun dengan ketidak adilan penguasa terhadap rakyat kecil dan pinggiran. Romo Mangun berusaha memperjuangan hak-hak mereka baik sandang, pangan, dan papan. Romo Mangun merasa mempunyai hak untuk melindungi mereka. Romo Mangun terjun langsung ke lapangan walaupun banyak temannya sesama romo yang mungkin tidak setuju dengan jalan pikirannya. Bahkan Romo Mangun berani mengatakan apa bila rencana yang dikerjakan berhasil, teman-temannya mengatakan Romo Mangun itukan teman saya, teman satu keuskupan. Tetapi apa bila mengalami kegagalan, teman-temannya mengatakan saya tidak kenal walaupun itu satu keuskupan. Walaupun demikian Romo Mangun tetap semangat dan terus berjuang mempertahankan hak rakyat kecil.
Romo Mangun semakin penasaran dengan apa yang dilakukannya, baik di Code maupun di Grigak Gunung Kidul. Romo Mangun kembali membela rakyat Kedung Ombo yang lahannya akan dijadikan waduk dengan ganti rugi yang sangat kecil, Rp250.00 per meter waktu itu.
Selain hal di atas Romo Mangun juga memiliki pedoman diantaranya menekankan toleransi bermasyarakat patutdiketahui dan dipelajari masyarakat Indonesia dimasa sekarang. Romo Mangun juga berpesan bahwa ”jangan pagari rumahmu dengan beling, namun pagarilah dengan piring” yang berarti himbauan untuk menekankan toleransi antar umat manusia serta menghindari praktik individualisme dalam hidup sosial bermasyarakat," katanya.
Keunggulan dari isi buku ini adalah memiliki cerita pengalaman nyata yang dialami oleh Romo Mangun sendiri. Tokoh didalamnya juga membuat si pembaca dapat langsung memahami karakter tokoh tersebut. Buku ini juga dibumbui oleh cerita-cerita yang super hero yang membuat pembaca tidak akan bosan.
Kelemahan dari isi buku ini adalah terjadinya pengulangan kata antara cerita yang satu dengan yang lainnya, misalnya kata “kejar si penanya”, “kejar si relawan”. Kata ini sering muncul di beberapa cerita pengalaman Romo Mangun, sehingga membuat pembaca agak risi dengan kata tersebut.
Manfaat dari isi buku tersebut untuk membangkitkan semangat pembaca supaya peduli terhadap KLMTD atau biasa disebut rakyat kecil. Buku ini juga mengingatkan pembaca bahwa masih banyak rakyat Indonesia yang hidupnya di bawah garis kemiskinan, supaya tidak memperkaya diri sendiri dengan jalan korupsi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H