"Imajinasi, dalam pemikiran penulis, memiliki peran penting dalam menciptakan berbagai penemuan dan peradaban modern kita saat ini."
Helen Mary Warnock, seorang filsuf berkebangsaan Inggris, menyatakan bahwa seorang penulis harus tertarik dan bisa membiasakan dirinya dalam ide-ide abstrak (Warburton, 2005). Abstrak sendiri mengandung arti bahwa hal tersebut belum memiliki wujud nyata. Pernyataan tersebut mendorong rasa takjub bagi penulis. Seketika penulis menyadari bahwa kemampuan tersebut dimiliki manusia melalui imajinasi.
Imajinasi, dalam pemikiran penulis, memiliki peran penting dalam menciptakan berbagai penemuan dan peradaban modern kita saat ini. Menggunakan imajinasi berarti membayangkan hal-hal abstrak yang belum memiliki wujud. Kemampuan untuk mengolah dan menciptakan gambaran baru dari pengetahuan yang dimiliki adalah sesuatu yang luar biasa.
Misalnya, dengan melihat burung yang terbang di udara, manusia mampu membayangkan dirinya terbang di angkasa dan pergi ke tempat yang jauh dalam waktu yang sangat singkat. Imajinasi tersebut menjadi inspirasi bagi dunia keteknikan untuk menciptakan moda transportasi pesawat terbang.
"...imajinasi seperti dimatikan seiring bertumbuh dewasanya seorang manusia, entah secara sengaja atau tidak sengaja."
Selama hidupnya, penulis merasakan bahwa imajinasi seperti dimatikan seiring bertumbuh dewasanya seorang manusia, entah secara sengaja atau tidak sengaja. Kita seperti dipaksa menerima kenyataan bahwa sesuatu memang demikian adanya. Apakah hal tersebut karena keseharian kita yang berulang?
Banyak dari kita memiliki keseharian yang melibatkan kegiatan yang dilakukan berulang kali secara monoton. Seringkali hal tersebut tidak memberikan ruang bagi pemikiran baru, imajinasi baru tentang hal-hal baru yang kita harapkan. Apakah karena masyarakat kita bersikap terlampau konservatif terhadap nilai dan tata perilaku?Â
Usaha masyarakat untuk mempertahankan status quo melalui pemberian sanksi sosial terhadap usaha untuk merombak tatanan nilai terkadang bersifat berlebihan. Usaha seseorang untuk mengritik dan melaporkan suatu tindak kejahatan yang terjadi dalam institusinya malah menemui dinding keras struktur hierarki yang sudah sejak lama terbentuk. Padahal dalam imajinasinya, dia membayangkan suatu kelembagaan yang lebih efektif, efisien, adil, dan dengan demikian menghadiahkan perilaku atau karakter yang memang layak diapresiasi.
Pentingnya imajinasi dapat kita lihat pada produk peradaban sekitar kita dan berbagai kemudahan yang kita rasakan sekarang. Kematian imajinasi mungkin saja terjadi karena hal-hal yang tidak kita sadari. Tulisan ini menjadi refleksi singkat bagi penulis atas pentingnya imajinasi dalam perkembangan peradaban kita, sebagai sebuah bangsa maupun sebagai masyarakat dunia.
 Referensi:
Warburton, N., 2005. Philosophy Basic Readings. New York: Routledge.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H