Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tanpa Lobang

24 Maret 2010   06:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:13 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_101349" align="alignleft" width="158" caption="jaga lobang dan jangan jatuh dalam lobang (Gbr: Google)"][/caption] Terlalu banyak keunikan yang ditunjukkan Tuhan pada kita  sebenarnya ya? Bahkan, satu hal yang terlihat sederhana bisa menjadi istimewa, sesuatu yang sepele malah bisa bertempat tinggi kemudiannya.

***

Bayangkan saja, konon satu pasir yang masuk ke dalam kulit kerang, lambat laun menjadi mutiara. Satu bulir nasi yang menggugah selera, membuat mata orang kelaparan menjadi berbinar saat melihatnya, namun tak lama akan menjadi barang yang menjijikkan saat ia melewati "lobang" pencernaan. Bagaimana agar nasi tersebut tidak menjadi menjijikkan? Andai bulir-bulir nasi itu bisa memilih, memilih untuk masuk ke dalam tembolok manusia, nyungsep ke pencernaan dan semua sistem tubuh yang sedang berada dalam posisi ON? Ataukah memilih tidak masuk ke lobang manapun. Ternyata tidak masuk ke lobang, tetap saja nasi tersebut akan menjijikkan. Secara kimiawi, nasi tersebut bisa mengeras, atau kalau sempat tersentuh air dan tangan manusia--kendati tidak ditelan--, juga ia bisa basi, berjamur dan bahkan berulat. Masuk tidak masuk ke lobang tersebut, bulir nasi tersebut tetap akan menemui kondisi tidak mengenakkan, basi atau menjadi tinja. Pilihan yang sama-sama buruk. Tapi saya harus wanti-wanti agar anda tidak membayangkan diri menjadi nasi.

***

Nah, dalam beberapa jenak saya gauli ilmu tasawuf, ilustrasi-ilustrasi serupa ini akan sering ditemui. Intinya kita manusia tetap akan mati, kita bisa mati dengan baik ataukah mati sebagai seorang manusia yang terlaknat. Mati saat selesai berbuat baik, ataukah mati di perut pelacur. Mati saat sudah tuntaskan kewajiban ataukah mati dalam keadaan meninggalkan hutang. Beberapa orang berpandangan, tidak ada ruang untuk kita memilih, semua pilihan tetap akan berujung sama, kematian. Sampai mereka ini memilih hidup 'bersahaja'. Dalam arti bukan sederhana, tetapi benar-benar apa adanya. Orang seperti ini akan dengan girang melakukan semua perbuatan buruk tanpa merasa terbeban. Pikirnya,"toh yang melakukan ini kan bukan aku sendiri. Orang berbuat baik ujung-ujungnya juga tidur di kuburan." Sedang mereka yang percaya bahwa hidup itu serius. Mereka tetap mengizinkan diri untuk bercanda, tanpa berpura-pura memasang wajah serius. Yang mereka ketahui hanya, Tuhan tidak bercanda saat mengatakan komando bahwa "kau hidup untuk kebaikan, untuk menebar kebaikan, dan meninggalkan kebaikan. Jika kau pura-pura tuli dengan ketentuanku ini, kelak aku akan benar-benar membuatmu tuli yang sebenar-benar tulis." [caption id="attachment_101431" align="alignright" width="229" caption="Di sana pula banyak inspirasi muncul seperti di Lobang Hira yang memunculkan Muhammad (Gbr: Google)"][/caption]

***

Oh, maaf jika terlihat jauh bergeser  dari topik: Lobang. Saya tetap akan bicarakan itu lagi, kok. Jelas karena bagi saya lobang itu keunikan. Lihat saja, semua yang masuk lewat lobang pasti akan keluar lewat lobang. Hanya beberapa kasus kecil saja yang butuh operasi. Dan lobang, dalam kesederhanaannya telah menjadi semacam dewa, sehingga banyak manusia rela membunuh, rela berperang dan mengfitnah. Banyak penjahat tercipta juga karena lobang. Jadi saya kemudian berpikir bahwa soal lobang itu sama sekali bukan permasalahan sederhana. Jika anda adalah seorang suami, kebetulan memiliki istri yang hanya tahu kebutuhan lobang, saat anda sedang tidak mampu membawa uang belanja, salah satu lobangnya akan berbunyi. Nada yang keluar dari sana ada: caci maki, umpatan, hinaan, bahkan ia bisa saja menghina kelelakian anda. Tetapi, kalaupun harus berhadapan dengan tipe istri seperti ini semoga tetap anda tidak berkesimpulan untuk mencari racun tikus agar lobang itu terbungkam. Sebab, bagaimanapun ada lobang lain yang akan membuat anda tertawa dan tersenyum girang. Cuman, saya tidak menutup mata bahwa ada juga beberapa teman saya yang berujar, kalau satu lubang itu tidak bisa dijaga dengan baik. Tetap ia tidak akan berselera dengan lobang lain, sekalipun "yang lain" itu menjanjikan kenikmatan. Nah, jika tetap juga berhadapan dengan lobang yang tidak mampu memperdengarkan irama indah dalam waktu lama, bersabar saja, toh nanti juga ia akan dicampakkan dalam lobang dan anda bisa mencari lain yang lebih cermat dalam menjaga lobang. Terus, jika anda adalah perempuan. Sebaiknya memang menghindari pola pikir bahwa yang dibutuhkan lelaki dari anda hanya lobang saja. Sebab, jika anda berpikir seperti itu, maka kekuatan pikiran anda tersebut akan membuat suami anda benar-benar tercipta sebagai pemburu lobang, dan jangan heran kalau beberapa hari lagi malah anda mendapati suami anda tersebut mati saat mencari lobang lain, semisal lokalisasi pelacuran. Pun, jangan hanya karena lobang terus harga diri tergadaikan untuk berselingkuh. Karena lobang kemudian tidak memedulikan etika, moral dan nilai agama anda. Tetapi, jika tetap bersikeras mengabdi pada kebutuhan lobang, mohon untuk mengurus KTP yang baru dan jangan cantumkan nama agama apapun di sana. Ini hanya sekedar saran agar orang-orang yang di sekitar juga bisa melihat lebih terang, mana yang beragama dengan yang tidak. Sebab bermain di tempat abu-abu justru menyulitkan banyak orang, termasuk orang-orang terdekat anda untuk mencari tanah pemakaman yang mana yang tepat untuk anda. Anggap saja tulisan ini tidak penting jika malah kemudian anda merasa marah saat membaca ini. Dan lupakan bila anda yakin tulisan ini tidak memberi manfaat. Terus arahkan pikiran anda untuk terus melakukan hal-hal yang bermanfaat. Eh, uhm iya bener. Terakhir, jaga lobang dan jangan bermain-main dengan lobang. Sebab lobang dengan bentuk tidak serius sekalipun bisa berdampak serius. Gegerkalong, 24 Maret 2010 Also Published in: Kolong Kalong Buang Angin Kolom Lain

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun