Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Selingkuhan Pak Guru

18 Agustus 2010   00:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:56 1630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_230105" align="alignleft" width="298" caption="Pak Guru? (Gbr: googleimages)"][/caption] Entah karena tidak mau dipusingkan oleh gaji rendah, dulu Pak Guruku memilih menambah jumlah kekasihnya selain isterinya yang sudah kurang cantik, di sekolah. Entah Pak Guru ini berpikir supaya dia selalu semangat di rumah dan di sekolah, aku tak tahu.

***

Ini cerita Dek Gam, bocah 15 tahun yang kerap ke rumahku saban ia pulang sekolah. Terkadang sambil terkikik ia cerita,"Hihi, tadi Bu Guru Titi duduk di pangkuan Pak Guru." Lalu ia melanjutkan cerita tentang gorden yang mereka singkap pelan-pelan, mengintip gurunya yang sedang pacaran. Dan Dek Gam bercerita sama sekali tanpa perlu kuminta. Karena, yang paling kerap ia saksikan selepas jam sekolah cuma itu. Terkadang PR sekolah yang seberat apapun tidak menjadi beban pikirannya. Bahkan bocah itu tetap sumringah setiap pulang sekolah.

Aku kerap tercenung sambil membayangkan semua cerita bocah yang sudah menjelang dewasa ini. Ah, gurunya ternyata memberi pelajaran tambahan dengan cara yang tidak sengaja. Kadang aku sendiri bingung, apakah ini semacam pelajaran tambahan agar Dek Gam bisa cerdas kelak saat sudah dewasa. Cerdas dalam arti menaklukkan wanita di mana-mana. Aku tak tahu.

Kemarin sore. Dek Gam kembali pulang dan lagi-lagi ia ke rumahku.

"Bang, Pak Guru tidak datang ke sekolah lagi." Tanpa kutanyakan alasannya Dek Gam sudah jelaskan,"Kemarin, Pak Guru gak keluar-keluar dari kantor sampe sore. Ketahuan Mandor di sekolah. Terus, Pak Mandor manggil penduduk. Diarak keliling kampung."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun