Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak Manusia

12 Maret 2010   19:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:27 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_92371" align="aligncenter" width="300" caption="Maka hari ini kita pilih menjadi manusia dengan segala apa yang bakal terjadi (Gbr: Google)"][/caption] Nasib seringkali menyentak beringas pakaian-pakaian yang dikenakan Tak bersisa walau hanya sehelai saja benang terakhir Hanya jerit saja yang membahana mengisi bukit desa sampai kota yang tak lagi sopan Siapa nyana ketika selembar surat dari langit hanya bisa dibaca dengan suara getir Nasib memang seringkali menghentak beringas pakaian-pakaian yang dikenakan Juga sekaligus menghentak ketakutan dari semua kepala yang percaya pada Tuhan serupa kelebat petir Menulis cerita baru yang lebih berisi dan kuasa mengundang senyum yang lebih jujur, jauh dari kemunafikan sambil merenda lukisan utuh sebuah senyum meski berada di tengah seribu bibir mencibir

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun