Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Pesan dari Leicester City untuk Dunia

15 Maret 2017   14:37 Diperbarui: 16 Maret 2017   10:00 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Leicester tak hanya berbicara tentang sepak bola, tapi berbicara soal manusia - Gbr: The Guardian

Craig Shakespeare masih terbilang asing di dunia kepelatihan sepak bola di Eropa. Di Leicester City, ia baru mencicipi peran pelatih utama sejak klub itu mendepak Claudio Ranieri, 23 Februari lalu. Sekarang, hanya dalam hitungan pekan, Shakespeare membawa The Foxes lolos ke perempat final Liga Champions.

Sebentar. Saya sedang tidak berbicara sepak bola. Itu sudah terlalu banyak dibahas di berbagai situs bola dunia dan juga di media-media dalam negeri.

Saya lebih tertarik pada gairah, filosofi, dan karakter ditampilkan Shakespeare.

Ini tentang manusia; pelatih, pemain, dan penonton. Ini tentang kita yang bisa dipastikan pernah menghadapi berbagai hal yang sekilas terasa mustahil diubah.

Bukan rahasia, meski The Foxes berstatus juara bertahan di Liga Inggris, tapi musim ini mereka nyaris terlihat sebagai bukan siapa-siapa di kompetisi terbesar Britania itu.

Rapor The Foxes sangat buruk. Nyaris tak terlihat sebagai klub juara. Hanya berada di posisi ke-15 Liga Primer, dapat dikatakan mereka masuk "lima besar" klub terburuk Inggris musim ini.

Lalu, mereka tampil di perdelapan final Liga Champions, berada di antara 16 besar klub terbesar Eropa. Mereka menjadi wakil Inggris di tengah perwakilan Spanyol, Italia, dan Jerman sebagai negara-negara sangat disegani di dunia kulit bundar.

The Foxes bukan tim favorit. Terlebih tak ada alasan kuat untuk menjagokan tim yang sedang sekarat di Liga Primer; baik dari kemampuan mereka bertahan atau menyerang.

Buktinya saat sepanjang musim telah berjalan, mereka jauh lebih sering kebobolan alih-alih mampu mencetak gol. Dengan kemampuan menciptakan gol hanya 30 kali, sebaliknya kemasukan mereka alami justru sudah 45 kali.

Tapi Wes Morgan dan Marc Albrighton bikin dunia tersentak dengan dua gol mereka ke gawang Sevilla. Bahkan wakil Spanyol itu tak mampu mencetak satu pun gol di Kings Stadium. Satu penalti yang dieksekusi Steven N'Zonzi mampu dimentahkan Kasper Schmeichel.

Sekali lagi, ini bukan tentang bola, tapi ini tentang manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun