[caption id="attachment_177346" align="alignleft" width="197" caption="Ini bukan obat kuat! (Gbr: Photobucket)"][/caption] Dulu, saat masih remaja sekali saya agak bingung ketika dengan tidak sengaja menguping obrolan orang-orang dewasa yang sedang bersiap-siap menyambut usia tua. Obrolan mereka berkisar tentang obat kuat. Sebagai seorang remaja, saya mungkin layak berbangga menyebut diri sebagai seorang remaja lugu karena berpikir bahwa obat kuat yang dimaksud adalah obat untuk membuat mereka tetap kuat sebenarnya kuat, untuk angkat yang berat-berat atau untuk kerja keras. Tetapi, juga belum masuk usia dewasa ketika itu, saya sudah lebih dulu tahu obat kuat yang dulu saya dengar-dengar dan juga rutin saya lihat di kolom iklan koran-koran ternyata 'itu'. Ketika itu saya terkekeh saja. Kadang terpikir, ternyata masalah kuat dan tidak kuat dalam hal itu menjadi masalah serius, sampai-sampai nyaris tidak ada koran yang tidak ada iklan yang berhubungan dengan itu. Asumsi saya yang memang tidak ilmiah menyimpulkan, jika nyaris semua koran berisikan iklan itu, maka layak disebut bahwa memang peminatnya tinggi. Okey, jika kemudian Anda membantah, soal iklan tidak selalu karena sudah lebih dulu banyak pemesan, namun karena bisa jadi dengan iklan itu membantu orang yang tidak tahu kebutuhannya, selanjutnya jadi tahu. Oooo, saya melongo kembali.
***
Baca-baca koran, saya sering terpaku lama pada penyebutan terhadap pemerintah bahwa mereka lemah. Terus ada juga penyebutan yang mengarah pada ekonomi Indonesia belum kuat, Rupiah masih melemah, soliditas pemerintah dan progress pembangunan juga masih lemah. Terus dalam pendidikan, disebutkan minat baca masyarakat negeri ini masih lemah. Pun, tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia juga masih lemah. Kembali saya terpikir, andai obat kuat bisa diramu menjadi multi fungsi. Duh, jadinya saya jadi mengada-ada
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H