Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyingkirkan Islam

16 September 2010   04:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:12 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_259312" align="alignleft" width="300" caption="Menghabiskan waktu hanya untuk bersenang-senang dan hanya berpikir tentang perut dan bawah perut bagaimana bisa mencerna kebenaran secara semestinya (Gbr: Seiring.wordpress.com)"][/caption] Menyimak sedemikian derasnya kecaman kepada Islam yang terjadi akhir-akhir ini lengkap dengan semua alasannya. Saya jadi terpikir, apakah seperti ini nasib agama yang ketika datang dipandang asing lalu kemudian juga dilihat sebagai agama yang asing? Memang rumit menyimak kondisi sekarang, ketika atas nama agama meski kemudian juga diarahkan pada agama lalu saling tuding, saling fitnah, saling sikut dan saling silang. Yang disalahkan agamanya, tanpa ada yang tertarik membuang waktu untuk menelaah kembali seperti apakah pemahaman seorang pemeluk agama terhadap agamanya. Toh mereka punya kitab suci? Itu lagi yang menjadi dalih padahal ketika melihat jujur, berapa banyak Kristiani yang masih berkesempatan mengkaji alkitabnya dan berapa banyak Muslim yang berkesempatan untuk membuka dan mentadabburi kitabnya? Juga berbagai pemeluk agama lain dalam interaksi dengan kitab suci mereka. Dalam Islam, yang saya sayangkan seperti ada semacam keyakinan yang ditunjukkan dalam sikap bahwa interaksi dengan kitab suci dan menelaah secara mendalam ilmu keagamaannya hanya menjadi keharusan santri, sedang Muslim yang di luar santri biar saja nanti. Membingungkan memang, tetapi demikian adanya. Nanti jika Anda kemudian mencoba bercas cis cus untuk memberi pandangan seperti ini harusnya, seperti itu mestinya, siap-siap saja Anda dikatakan orang yang menderita amnesia karena menyerobot pekerjaan Tuhan. Kan Tuhan yang paling tahu kebenaran, maka Anda harusnya tidak perlu merasa menjadi manusia yang sok sebagai wakil Tuhan, diam saja! Seperti itulah kemungkinan deretan kalimat yang mungkin kemudian disemprot ke muka Anda lengkap dengan percikan liur dari mulutnya. Beruntung jika yang menyemprot masih tidak lupa menyikat gigi terlebih dahulu sebelum bicara, sehingga meski air liur memercik itu mengenai muka Anda kemudian tidak sampai membuat penciuman Anda terganggu. Sebab yang terakhir ini bisa mengganggu memori Anda sendiri karena ketika harus mendengar orang bicara karena etika berkomunikasi, Anda justru teringat dengan bau bangkai tikus yang pernah Anda buang dari belakang lemari. Lha, maksud saya sebenarnya ingin katakan, orang-orang yang bermulut bersih saya kira tidak akan mengeluarkan sampah, meski berbentuk kata-kata. Nah, sekarang yang mencuat secara diam-diam kendati beberapa tidak berani mengatakan terus terang, Islam ingin disingkirkan. Sedang dulu, untuk tegaknya agama ini Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya bahkan pertaruhkan nyawa. Entah kenapa masih ada yang berambisi untuk lenyapkan agama itu dengan berbagai caranya. Saya kira mereka tidak memiliki pekerjaan maka jadi terpikir siapkan Daftar Riwayat Hidup dan lengkap dengan Ijazah silahkan kirimkan lamaran pekerjaan. Sebab saya berkeyakinan, orang-orang yang memiliki pekerjaan tidak akan pernah berpikir kotor karena ia harus berpikir tentang pekerjaannya. Dan Islam bukan agama yang kotor, yang tidak akan bisa dicerna oleh manusia berpikiran kotor!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun