[caption id="attachment_371609" align="aligncenter" width="560" caption="(m.tribunnews.com)"][/caption]
Keberadaan akun Trio Macan di jejaring sosial Twitter masih menjadi fenomena. Mereka mampu melempar banyak isu yang disantap ribuan follower, dan kerap membuat ketar-ketir banyak kalangan. Apa saja yang mereka bicarakan kerap menjadi bahan diskusi banyak pihak, dan tak jarang menjadi kutipan berbagai media. Berawal dari akun @TrioMacan2000, belakangan berubah menjadi @TM2000Back. Kini, Raden Nuh yang dinilai sebagai aktor utama di balik akun tersebut terkena batunya. Ia diringkus setelah bertahun-tahun lewat akun Trio Macan menghebohkan ranah jejaring sosial.
Kiprah Raden Nuh dkk sudah berlangsung sangat lama. Sekilas, apa-apa yang diangkat olehnya lewat @TrioMacan2000 terkesan sebagai dedikasi mereka untuk berkontribusi melawan masalah korupsi dan ketimpangan di Indonesia. Jika saja itu benar, tentu hal itu merupakan satu hal yang sangat layak diapresiasi.
Sayangnya, kelebihan berupa pengaruh yang dimiliki, tak sepenuhnya digunakan untuk tujuan yang tadinya terlihat elok. Mereka justru menjadikan hal itu sebagai dagangan. Terbukti, dari pengakuan Raden Nuh sendiri di situs Asatunews.com, kiprahnya itu berbuah lahirnya perusahaan yang menguntungkan.
Seperti disebutkan olehnya di situs tersebut, perjalanan panjang dirinya, membuat ia bisa mendirikan perusahaan media yang ditujukan menjadi semacam media holding, dan menargetkan untuk mengalahkan detik.com dan vivanews.com.
Bisa dibayangkan, untuk mendirikan sebuah perusahaan media, maka dana yang dibutuhkan tidak lagi berada dalam kisaran ratusan juta saja, melainkan miliaran.
Namun perjalanan medianya, diakui oleh Nuh, tak berjalan mulus lantaran investor yang awalnya menjanjikan akan menggelontorkan uang berapapun yang dibutuhkan, tak menepati janji mereka kepadanya. Alhasil perusahaannya itu kembang kempis, karyawan banyak hengkang, dan mereka lantas dibelit utang berjumlah besar.
Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, dalam kondisi terpuruk, ia lantas diringkus pihak kepolisian menyusul tuduhan bahwa ia dan kelompoknya melakukan pemerasan. Lewat situs miliknya lagi, ia menyebut dirinya bukanlah figur yang mudah goyah dengan uang. Bahkan saat di rekeningnya hanya tersisa tak lebih dari Rp 4 juta pun, ia tak tergiur dengan iming-iming uang yang mencapai triliunan.
Ya, itu merupakan pledoi Raden Nuh, setelah pihak kepolisian mengarahkan bidikan kepadanya dan kelompoknya. Pledoi yang juga sekaligus menelanjangi dirinya, bagaimana ia berambisi membangun sebuah media, dan langkah-langkah yang ia tempuh. Lebih mirip sebuah curhatan atas kegagalannya, lantaran awalnya menyangka satu langkah buruk bisa mengantarkannya ke arah hasil yang baik.
Saya mencoba mengamati bagaimana kondisi Twitter @TM2000back. Cuitan terakhir di akun tersebut bertanggal 30 Oktober 2014. Artinya, Oktober menjadi akhir dari eksistensi akun tersebut. Jika memang setelahnya akun ini tak lagi aktif, bisa diprediksi, pohon uang Raden Nuh dan kawan-kawan telah gugur.
Bukan apa-apa, tapi jamak diketahui, bahwa akun Twitter itu jauh lebih terkenal dibanding situs yang digadang-gadang ingin dijadikan sebagai Media Holding mereka di masa depan setelah lima tahun.