Stadion Rose Bowl menjadi arena laga tim nasional Kolombia menghadapi Paraguay. Menjadi laga kedua La Roja setelah membungkam tim tuan rumah ajang Copa America Centenario, Amerika Serikat, Sabtu lalu. Satu sisi, ini bak jembatan emas untuk mereka kian mengukuhkan posisi sebagai penguasa Grup A bagi Kolombia, tapi juga bisa menjadi batu sandungan berat.
Dari sisi peluang, La Roja memang terlihat meyakinkan. Bagaimana tidak, sebelum melaju ke Copa America ke-100 tahun ini, mereka sudah mencatat dua laga terakhir Pra-Piala Dunia dengan kemenangan atas Bolivia dan Ekuador dengan skor 3-2 dan 3-1.
Tak berhenti di situ, mereka juga mencatat satu laga uji coba terakhir dengan kemenangan yang lagi-lagi dicatat dengan tiga gol. Ya ini terjadi di laga persahabatan lawan Haiti, yang mereka menangkan 3-1 persis sepekan sebelum Copa America bergulir.
Dari rekam jejak berdasarkan laga-laga itu, Kolombia memperlihatkan kekuatan di lini serangan, sekaligus memperlihatkan perbaikan di lini pertahanan. Jika saat lawan Bolivia mereka kebobolan dua gol, namun hanya kebobolan masing-masing satu gol di dua laga terakhir kontra Ekuador dan Haiti.Â
Perbaikan di sektor pertahanan itu juga kian terlihat saat mereka menghadapi Amerika Serikat, tanpa kebobolan sama sekali alias clean sheet. Namun ini juga ditandai dengan menurunnya daya gedor, meski tak terlalu signifikan, lantaran hanya terlihat dari menurunnya jumlah gol. Dari tiga gol per laga di laga-laga sebelumnya, mereka hanya mengoleksi dua gol saat menaklukkan tim "Paman Sam".
Namun, La Roja tetap memperlihatkan pola atau skema permainan yang tak jauh berbeda dari keseluruhan laga tersebut, kecuali saat lawan Haiti. Skema 4-2-3-1 masih menjadi andalan Pekerman. Cuadrado, James Rodriguez, Cardona, menjadi penyokong Carlos Bacca di jantung serangan.
Namun di laga menjelang tengah hari, Rabu (8/6) yang juga disiarkan Kompas TV ini, tak tertutup kemungkinan bagi La Roja kembali mengandalkan skema 4-4-2. Maklum, dalam laga terakhir Kolombia menaklukkan Paraguay, yang terjadi di Pra-Piala Dunia pada 16 Oktober 2013 lalu, La Roja menggunakan skema tersebut.
Jackson Martinez dan Bacca jadi duet di lini depan, dan saat itu Kolombia sempat tertinggal lebih dulu. Hal menarik terjadi, Kolombia menang justru bukan karena andil kedua penyerang itu, melainkan pemain bertahan, Mario Yepes di menit ke-38 dan ke-55. James Rodriguez turut andil saat itu sebagai pengumpan. Lagi, kemenangan itu terjadi meski mereka hanya tampil dengan 10 pemain lantaran terusirnya Fredy Guarin di menit ke-32.
Ya, kali ini takkan ada penampilan Jackson dan Mario yang tak dilibatkan ke turnamen ini, atau juga James yang masih harus berurusan dengan masalah cedera dalam menghadapi Paraguay kali ini. Tapi, Kolombia masih memiliki Zapata, Arias, dan Bacca, yang memiliki gairah untuk melanjutkan dominasi mereka atas Paraguay.Â
Jika tercapai, kembali menang, maka Kolombia berhak berbangga sebagai tim yang telah empat kali beruntun menaklukkan Paraguay. Ya, sejak 2009, La Roja selalu mampu menaklukkan rivalnya itu dalam tiga pertemuan berturut-turut dengan mencatat tidak kurang dari dua gol per pertandingan.