Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mahasiswa: Mereka Bela Aspirasi Rakyat, Mereka Dibela Siapa?

29 Maret 2012   18:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:17 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1333044069874926994

[caption id="attachment_179121" align="aligncenter" width="300" caption="Gambar: merdeka.com"][/caption] Penjarahan salah satu restoran di Makassar, pembakaran di beberapa tempat, sampai dengan kemacetan yang ditimbulkan dalam demonstrasi. Semua itu kerap dijadikan alasan penguat, mahasiswa layak dibenci. Ditambahi dengan pengalaman masa lalu, bagaimana demikian banyak politisi di dekade-dekade sebelumnya, malah tidak berpengaruh banyak membuat negara ini menjadi lebih baik ketika sudah mendapat kursi. Apakah itu pilihan persepsi yang tepat?

Ya, mungkin bagi sebagian orang, memberikan judgment atau tudingan demikian dipandang tepat dan sah-sah saja. Apalagi serangkaian bukti memang tegas-tegas menunjukkan kebenaran demikian. Untuk itu, berbagai macam alasan lain bisa dengan leluasa ditambahi.

Namun demikian, seperti satu ruang, selalu ada sudut lain yang bisa dilihat. Jika dari pemandangan yang konon diistilahkan dengan anarki, cenderung dipandang 'cerdas' untuk diperhatikan. Namun, ada banyak muatan lain yang harus pula dilirik dan malah harus dilihat jelas dan terang; apa yang mereka bawa dan apa yang mereka emban?

Terlepas bahwa kelak mereka akan menjadi politisi, menjadi bagian wakil rakyat, atau menjadi apapun kelak, tapi atas yang mereka lakukan hari ini, kurang tepat mengizinkan prasangka negatif atas upaya yang mereka lakukan.

Taruhlah hari ini terdapat eks mahasiswa tempo dulu yang malah menjadi tidak peka pada persoalan rakyat, namun perlu dilihat apakah itu terjadi secara serta merta ataukah ada dimensi lain yang memengaruhi itu? Jangan-jangan kita sebagai masyarakat ikut membentuk karakter mereka untuk berubah. Misal saja, kecenderungan memilih mereka sebagai wakil rakyat tetapi pada saat yang sama juga memilih sekian 'hantu' bertaring dan berkuku tajam untuk juga bersama mereka.

Nah, ketika secara jumlah mereka yang awalnya baik itu kecil, harus dilihat lagi memang tidak semua manusia bisa benar-benar kuat dalam jumlah sedikit. Kendati ada beberapa dongeng menceritakan bahwa mereka yang berjumlah kecil bisa kalahkan orang-orang yang berjumlah jauh lebih besar.

Kembali lagi soal seperti apa cara adil melihat sekian fenomena yang ditunjukkan mahasiswa hari ini. Harus diingat, bahwa mereka adalah "wakil rakyat" yang memang tidak dipilih lewat pemilihan umum. Mereka tidak pernah mengkampanyekan diri bahwa mereka lebih baik dari "wakil rakyat" lainnya. Tidak ada iming-iming mereka akan memberi ini pada rakyat atau memberi itu. Tapi dalam kapasitas mereka sebagai mahasiswa, setidaknya mereka sudah berjuang dengan cara mereka agar aspirasi rakyat yang terkadang menguap bisa lebih bergaung.

Ada juga sisi lain yang harus disimak soal kondisi mereka dalam melakukan demonstrasi untuk menuntut pemerintah lebih arif dalam melahirkan kebijakan; tidak sedikit dari mereka yang menahan diri dari menjarah, sedang mereka merasakan lapar di bawah terik matahari atau dalam siraman hujan. Tidak sedikit dari mereka yang menahan pukulan aparat, sedang yang bersalah dengan tindakan anarki adalah beberapa gelintir rekan-rekannya. Selain, melihat betapa tidak mudah memikirkan masa depan sendiri lewat pendidikan, sambil tetap berusaha bisa melakukan sesuatu yang berarti buat masyarakat luas.

Saya kira, akhirnya, masyarakat yang berharga akan terlihat dari cara mereka dalam menghargai semua niat baik. Sedang soal anarki yang kerap ditudingkan pada mereka yang melakukan demonstrasi, negara pun bisa anarki untuk kepentingan pemerintahnya. (Follow: @zoelfick)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun