"Aku tidak bisa berikanmu permata, kenapa engkau masih bisa bertahan?"
[caption id="attachment_88019" align="alignleft" width="256" caption="Oh.....(Gbr: Google)"][/caption] Pertanyaan itu diberikan oleh seorang lelaki pada kekasihnya di satu ketika, pada suatu jaman entah kapan. Tetapi, perempuan yang sedang berada dalam rengkuhannya itu tetap saja menatap lelaki itu dengan mata penuh cinta. Dari sorot mata indah perempuan itu, tersirat tegas,"aku tidak butuhkan permata, mutiara atau apapun namanya. Aku hanya membutuhkan cinta saja." Perempuan itu hanya luncurkan kalimat-kalimat itu lewat sorot mata. Mungkin karena pengaruh getaran rasa di masing-masing dada kedua insan ini yang begitu kuat, sampai lidah terasa tidak terlalu dibutuhkan lagi untuk mengucapkan semua kata. Untuk mereka bicarakan rasa, bicarakan keyakinan, ketulusan, kepercayaan. Dan, sepanjang sejarah yang telah banyak tertulis di berbagai Kitab Cinta. Ketika cinta itu sudah begitu kuat, erat dan terus lekat kendati berbagai macam cobaan terjadi. Cinta itu bisa berikan banyak sekali permata yang dititipkan Tuhan lewat malaikatnya. Berbeda halnya dengan beberapa anak manusia yang menyebut cinta tetapi menujukan matanya pada permata. Justru kelak mereka lebih sering berenang di samudera yang ternyata berawal dari genangan airmata yang keluar dari sorot mata dusta. Uhm, Aku hanya ingin katakan:"aku kagum pada mereka yang selalu jujur dalam cinta." Dan, aku juga membanggakan kekasihku karena alasan kejujurannya. Kado Ultah untuk Bidadari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H