Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenapa Lady Gaga Ditolak?

16 Mei 2012   18:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:12 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1337194672405108726

GOSSIPARTIS.COM

Baru usai Indonesia riuh dengan kedatangan lesbian bernama Irshad Manji, mencuat lagi Lady Gaga yang notabene merupakan penyanyi. Tak kurang, penyanyi tersebut pun harus menerima penolakan dari masyarakat, kendati yang lebih muncul adalah masyarakat Muslim. Dari sana, pantas untuk mengulik, ada apa di balik penolakan itu?

Secara pribadi, saya sendiri seorang pecinta musik. Hampir semua jenis musik saya lahap; keroncong, rock, nasyid, rock 'n roll, pop, bahkan dangdut. Pun, saya mengenal banyak nama dan grup band, baik domestik maupun luar negeri. Tentu, tak terkecuali Britney Spears, Avril Lavigne, dan juga Lady Gaga sendiri.

Di sini, saya tertarik melihat fenomena penolakan terhadap penyanyi yang memiliki nama asli lumayan panjang itu, Stefani Joanne Angelina Germanotta, lewat kacamata budaya. Berbicara budaya, tentu tidak bisa dilepaskan dari keberadaan agama yang notabene menjadi ciri yang sudah demikian melekat di negeri ini. Dari semua agama yang ada, kebetulan yang mendominasi secara jumlah adalah Islam. Maka, masyarakat Muslim dengan semua yang ditunjukkan mereka cenderung lebih disorot oleh kalangan mana saja. Baik di dalam, bahkan sampai ke luar negeri.

Sedikit mengumpamakan soal keberadaan jumlah masyarakat Muslim yang demikian besar. Berdasar pada rujukan dari The World Factbook. CIA. 19 Maret 2009, disebutkan, Indonesia memiliki jumlah penganut agama Islam sampai dengan 240.271.522 atau 85,1% dibanding keseluruhan penduduk Indonesia.

Nah, dengan angka begitu, tak ayal ia menjadi seperti seseorang yang paling menonjol di antara orang-orang lainnya. Apa saja yang dilakukannya akan selalu menjadi perhatian. Bagi yang menyukai akan melihat sisi baiknya, sedang ketika mendapati kekurangan akan dipandang lumrah. Alasannya, dia juga manusia. Toh, tidak ada manusia yang sepenuhnya sempurna karena memang ia tidak diciptakan sebagai malaikat yang konon bersih dari dosa.

Tidak dapat dipungkiri pula, terdapat sebagian lainnya yang justru lebih tertarik untuk melihat celah keburukannya saja. Bahkan sampai menampik berbagai sisi baik yang ditunjukkannya. Baik karena jasanya sudah melindungi banyak orang, atau juga karena ia bisa membawa pengaruh besar.

Mereka yang hanya tertarik pada celah kekurangannya saja itu, cenderung secara diam-diam konsisten melihat itu-itu saja (sisi minus), dengan maksud dan tujuan agar pusat ketertarikan bisa beralih. Syukur-syukur jika beralihnya perhatian itu bisa ke arah mereka sendiri. Untuk tujuan itu, mereka mengaku sebagai orang sedarah dengannya, mengenakan baju yang sama, makan yang sama, tetapi sudah menyimpan pisau di balik baju. Jika nanti ia menemukan ruang, maka pisau itu akan ditancapkan tepat di titik yang bisa melumpuhkan orang yang bertubuh besar tadi.

Dalam konteks kehadiran Lady Gaga---yang direncanakan konser di Indonesia---tak pelak itu pun dijadikan 'pisau' untuk menusuk. Masyarakat Muslim yang sebagian getol kampanyekan penolakan menjadi sasaran arah pisau itu. Tidak sungkan-sungkan, mereka bisa mengarahkan pula hasutan ke banyak kalangan yang tidak tahu apa-apa, bahwa demikian menyeramkan Islam. Itu menjadi kepuasan tersendiri buat mereka.

Semoga ilustrasi itu tidak benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun