Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jumat: Keringat dan Horor

25 Maret 2010   12:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:12 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_102247" align="alignleft" width="260" caption="Seharusnya malam Jumat untuk ibadat, bukan untuk memuja hantu (Gbr: Google)"][/caption] Dari sejak kecil, saya acap mendengar bahwa malam Jumat adalah malam horor. Malam yang hantu-hantu banyak keluar dari kandang (saya tidak tahu apakah mereka punya kandang?). Dan ternyata hal itu juga terdengar sampai sekarang saat usia saya pelan-pelan merangkak ke angka 30. Tetapi, mungkin pikiran saya yang usil. Daripada berlama-lama mendengar pandangan seperti itu, mending melihat yang indah-indah saja, dalam arti membayangkan (ups, bukan membayangkan karena bahaya, tapi merenung). Iya membayangkan betapa dalam Islam malam Jumat menjadi malam ibadah paling indah khususnya bagi yang sudah berkeluarga. Bayangkan saja, mereka melakukan sesuatu yang enak, justru mendapat pahala. Sebab, mereka menggauli istri dihitung sebagai ibadah. Tapi, sebelumnya maaf, mohon untuk tidak tanyakan dari mana saya tahu kalau yang "itu" enak. Karena saya hanya mendengar kabar burung. Apalagi saya juga mendengar bahwa "itu" justru bikin pinggang sakit, badan pegal-pegal dan badan sakit-sakitan. Makanya saya sendiri masih ragu bahwa yang dilakukan mereka yang sudah berkeluarga itu enak.

***

Namun begitu, saya mencoba untuk jernih dulu sebentar, tarik napas dan menulis dengan hati yang lebih bening. Maksud saya, ingin mengatakan kalau memang keraguan saya tepat, buat apa juga orang-orang berburu "itu", sampai-sampai ada yang tidak peduli terkena Gonorrhea, Syphilis bahkan AIDS. Lha kok saya ngomong kian jauh. Baik, sebentar, saya memang ingin juga bercerita di luar yang enak itu. Iya, yang berhubungan dengan horor. Saat kecil, teman-teman yang angka usianya lebih tinggi dari saya sering menakut-nakuti,"jangan keluar malam Jumat, karena malam ini hantu ada di mana-mana lho." Sampai-sampai, untuk niat saya ke mesjid saja untuk laksanakan shalat Isya berjamaah sering harus saya urungkan disebabkan "propaganda" yang jelas-jelas 'menyesatkan' itu. Sebab, di pikiran sudah bermain bayangan perempuan berbaju putih, rambut panjang dengan mata dan gigi yang menyeramkan (karena logis bahwa dalam kuburan tidak di sediakan pasta dan sikat gigi). Kemudian, pernah juga--masih berkaitan dengan malam Jum'at--. Saat masih usia 7 tahun, saya dengan teman-teman berangkat mengaji. Tempat mengaji tersebut jaraknya sekitar 2 KM dari rumah saya. Biasa kami pulang dari sana sekitar jam 10 malam (sebenarnya jam 9, tapi 1 jam lagi untuk menonton TV di rumah tetangga dekat tempat mengaji). Nah, saat pulang, kebetulan jalan ke rumah saya gelap gulita sebab listrik waktu itu belum masuk merata, rumah saya sendiri tidak ada penerangan listrik ketika itu. Dan, penduduk di gampong saya, Jeuram, meyakini bahwa lokasi di sekitar jalan rumah saya menjadi jalan umum untuk hantu-hantu kalau malam Jumat. Mereka suka mengganggu karena hantu katanya tidak punya Polisi Lalu Lintas, padahal sudah jelas jalan umum untuk mereka juga. Kalau malam-malam lain kami biasa pulang ke rumah dengan berjalan tenang dan hanya berpegangan tangan untuk mengusir ketakutan. Namun malam Jumat kami 'strategi' berbeda. Sarung ditarik ke atas (tetap ada celana pendek lho), diikat kuat di pinggang. Kemudian, ambil langkah seribu atawa berlari kencang. Abang saya sering mengeluh, meski kakinya lebih panjang tapi kecepatan berlarinya masih kalah dengan saya. Dan kenangan yang unik yang masih saya ingat kuat hingga sekarang adalah salah satu teman. Iya, kalau dalam "ritual serius" untuk mengusir gangguan makhluk halus biasanya membaca ayat-ayat al Quran. Teman saya melakukan "ritual" yang lebih unik, sepanjang jalan ia berlari dengan teriak-teriak: "Aleh (alif), ba, ta, tsa, jim, ha..." Yap, itu sebenarnya adalah huruf-huruf hijayyah. Huruf Arab yang memang di hafal sekali oleh anak-anak yang belajar mengaji. Kebetulan teman ini belum bisa menghafal satu surat pendek sekalipun. Maka, mungkin pikirnya:"ayat-ayat dalam al Quran juga ditulis dengan huruf-huruf ini. So, karena belum hafal ayatnya, biar aku baca abjadnya saja." Maka, setiap malam Jumat, demi menghindari horor, teman ini pasti akan selalu teriak kencang: "Aleh, ba, ta, tsa, jim, ha..." Sedang saya, mengingat itu saat sekarang malah ha...ha...ha. Also Published in: Tukang Parkir

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun