Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Inspirasi dalam Lirik Lagu Metallica

21 Mei 2012   19:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:00 6881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13376280021025939703

Lagu dan musik, acap kali menjadi inspirasi bagi sebagian orang. Kendati sebagian lainnya hanya menjadikannya tidak lebih dari sekadar hiburan. Apa pun motifnya, tentu tidak bisa dituding keliru. Tetapi, dari membaca beberapa biografi tokoh dunia, tidak sedikit yang terinspirasi hidupnya dari musik. Steve Jobs salah satunya. Melihat kebesaran Jobs, ternyata di balik kesuksesan besarnya ada lirik-lirik lagu yang dijadikan inspirasi yang ia ubah menjadi prestasi. Bob Dylan menjadi menjadi penyanyi idola tokoh dunia komputer itu. Selain, ia juga menyukai The Rolling Stones, Miles Davis, Cat Steven,  dan beberapa lainnya. Ini terang terlihat dalam buku biografi dedengkotApple tersebut (Penulis: Walter Isaacson). Di sini, saya sendiri menjadikan Metallica sebagai grup musik yang juga sudah merangsek jauh ke berbagai pelosok dunia. Sampai-sampai, saya sendiri menjadi bagian pecinta musik yang dihasilkan grup yang pertama kali berdiri di Los Angeles, Amerika Serikat itu. Berbicara selera musik, di sana terdapat musik itu sendiri dan di sana terdapat lirik; kecuali tidak lebih hanya musik instrumental. Tetapi dalam catatan ini, saya lebih menujukan pada lirik, kendati tetap dibungkus dengan musik yang apik. Nothing Else Matters menjadi lagu yang paling saya gemari. Menunjuk lagu tersebut, saya menyukai musiknya, sekaligus juga—lagi dan lagi—lirik yang ada di dalamnya. Melihat dari musiknya, di sana saya menemukan harmoni luar biasa, dari openingsampai ending-nya. Terdapat kombinasi kelembutan dengan sisi keras di sana. Tak ayal, kombinasi itu pula yang membawa saya untuk melihat kehidupan; yang saya alami, sekaligus kehidupan orang-orang yang pernah saya simak. Bahwa, tidak bisa ditampik jika hidup itu memang akumulasi dari berbagai sisi lunak dan sisi keras. Menganalogikan dengan tubuh manusia sendiri, andai dimensi air saja yang ada, yang identik dengan kelembutan, tentunya manusia hanya bisa merayap. Tetapi, oleh karena terdapat pula sisi keras pada tulang, maka gigi bisa mengunyah makanan untuk mudah diolah pencernaan. Karena adanya tulang pula, kaki bisa terayun untuk berjalan. Artinya, tidak ada salah satu yang lebih penting dari yang lainnya. Selanjutnya saat menoleh pada lirik-lirik lagunya sendiri, di sana juga terdapat kandungan isi yang saya kira cukup layak untuk direnungi. 1. “Forever trusting who we are.” Saya melihat lirik ini sebagai ajakan untuk mengenal diri sendiri. Selain, juga mengajak untuk memiliki kepercayaan diri memadai. Mendekati konsep yang sering diucapkan orang-orang bijak, jika Anda tidak bisa percaya pada diri sendiri, bagaimana berharap orang bisa percaya pada Anda. 2. “All these words, I don’t just say.” Sebagai lelaki, saya melihat lirik ini sebagai ekspresi yang cukup me-lelaki. Bukan bermaksud apa-apa, tetapi saya lebih menyimak ini sebagai dorongan bahwa lelaki itu tahu yang dikatakannya, di samping juga tahu apa yang harus dilakukan setelah mengeluarkan kata-kata. Juga, di sini terdapat sindiran halus, kita sebagai makhluk yang diberi kemampuan berkata-kata senantiasa bisa bertanggung jawab atas apa yang telah pernah diucapkan. 3. “Everyday, for us something new.” Ini terlihat sebagai ajakan untuk melihat berbagai hal baru yang selalu dipersembahkan oleh hidup kepada kita sendiri dan pada orang-orang di sekitar. Kemampuan melihat demikian, dalam kacamata spiritual menjadi percikan listrik yang membuat hidup bisa lebih nyala. Pesan bahwa dalam demikian banyak pertarungan yang harus dilewati dalam hidup, tidak lupa untuk juga menoleh demikian banyak hal yang sepatutnya disyukuri. 4. “Open mind for a different view.” Saya kira, ini juga merupakan kalimat yang cukup berisi. Betapa, hidup terkadang tidak selalu bercerita soal bagaimana menaklukkannya. Tetapi, hidup juga tak jarang menuntut untuk bisa dimengerti, dipahami, dan bahkan untuk diterima. Sedang ketika menampik keniscayaan itu justru hanya membaca kehancuran. Apalagi, memang hidup selalu berubah, sedang perubahan itu sendiri menuntut kemampuan kita untuk mampu melakukan penyesuaian. Ini tentunya bukan ajakan untuk mendadak berubah lugu menyimpulkan bahwa kita begitu saja mengalir. Namun, lebih pada bagaimana untuk bijaksana dalam melihat dan merefleksikan apa-apa yang sudah dilihat. 5. “Never care for what they know, but i know.” Informasi, pengetahuan, menjadi bagian yang sepertinya dipesankan lewat lirik ini. Betapa, hanya terpukau pada apa-apa yang diketahui orang lain, tidak selalu membuat kita tergerak untuk juga tahu. Justru terkadang kita sendiri terjebak ke dalam perasaan minder dan semacamnya. Namun, di sini terdapat ajakan untuk bisa melihat dengan jernih, apa-apa saja yang sudah kita tahu dan harus kita ketahui untuk kemudian diterjemahkan pada action dalam hidup. Demikian dari yang bisa saya coba refleksikan, ketika dari netbook saya masih mengalun lagu itu tanpa saya hitung sudah berapa kali lagu itu terulang-ulang dengan sendirinya. (FOLLOW: @zoelfick). Sumber Gambar: metalwallpaper.org ALSO PUBLISHED IN: PROTAGONI.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun