[caption id="attachment_96027" align="alignleft" width="300" caption="Jangan lupa Pak, cari yang tidak kalah cantik dengan Mak hehehe (Gbr: Pribadi)"][/caption] Berhubung ada komplain bahwa saya dipandang terlalu serius. Jadi terpikir juga untuk menulis yang tidak serius sesekali. Yang tidak serius ini melibatkan tokoh yang serius, yap bapak saya sendiri. Beliau sosok yang sangat toleran. Kalau di rumah, misal sedang melihat ekspresi wajah saya datar, beliau tidak akan menyapa. Seakan beliau paham sekali, biasanya dalam ekspresi seperti itu sedang ada persoalan serius yang saya pikirkan. Satu hari, toleransi beliau tidak berbuah seperti biasanya. Dalam arti, beliau tidak tahu jika anaknya ini punya benih-benih pikiran sebagai anak yang sangat tidak berbakti. Suka mengerjai orangtua sendiri. Iya, sedang serius, beliau juga sepertinya sedang asyik dengan pikiran sendiri. Tiba-tiba saya menoleh ke arah Bapak. Lama saya pandangin. Rupanya, bapak merasa saat saya pandangi seperti itu. "Pue ka kaloen-kaloen ateueh Pak lagee nyan kah? (Kenapa kamu liatin Bapak terus?)" Ujar Bapak sambil tersenyum kecil. "Sang bak loen kaloen, Pak maken tuha makin ganteng laju. (Saya merasa Bapak semakin tua malah kian ganteng)." Jawabku santai, jadi ingin ledakkan tawa karena orangtua juga bisa tersipu-sipu. Tak lama, saya menyambung lagi. "Tapi kalo ada rencana Bapak untuk dapat Ibu satu lagi, sebaiknya yang tidak kalah cantik juga dengan Mak." Kelakar saya lagi. Baru saya lari ke belakang setelah melihat beliau mendelik pura-pura marah (masih terlihat ada senyum yang tidak bisa beliau sembunyikan). Lari bukan karena takut dilempar sandal, tapi meledakkan tawa karena melihat ekspresi Bapak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H