Ketika nafas yang berhembus bersama lafal nama-Nya. Takkan ada duri yang bisa tembusi telapak kaki. Sebab Dia selalu tahu, mereka yang bersandar pada kebesaran-Nya, butuh ayunan langkah mengikuti hukum gerak.
Mereka yang sentuhkan dahi ke tanah bersujud ke hadapan-Nya. Takkan ada yang besar selain Dia terlihat.
Iya, dalam lakon hidup, sebagian bisa berbusung dada di hadapan lainnya karena beberapa cuil kelebihan. Tapi itu tidak seirama dengan kemahaan. Karena kemahaan itu sejatinya hanya milik-Nya. Maka kelebihan yang dibanggakan pun, di luar-Nya pasti temukan titik akhir.
Seberapa berat penghinaan bisa diberikan manusia. Kukira tidak perlu membuat hati harus kecut. Karena, semua penghinaan yang diberikan pada penyembah-Nya akan menjadi topan yang berputar ke pusaran awal. Ke mereka yang melempar penghinaan itu.
Nafas dan gerak dalam nama-Nya. Dengan nama-Nya. Takkan pernah rendahkan siapa-siapa. Meski penghinaan bisa jadi berbentuk palu neraka menghujam. Toh, Nama yang disebut itu menguasai segala.
Bersandar padanya, takkan ada lelah meski harus berlari. Takkan ada duka meski langit berkabut.
Entah bila untuk sebungkus nasi pun cuma bisa ada karena harus membungkuk pada makhluk.
Mereka yang bersujud akan memilih merendah. Karena, Yang Mahatinggi takkan rendahkannya. Beda halnya dengan beberapa orang yang pernah mengisi sejarah bumi dengan meninggikan diri. Kelak, Dia pasti tunjukkan padanya, cuma Dia satu yang berhak berada di ketinggian sejati. Terserah Dia, ke mana akan Ia jatuhkan segala kepongahan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H