Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

DR.HC, Lokalisasi dan Balon untuk Firman

20 November 2009   22:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:15 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_27845" align="alignleft" width="300" caption="Ayah terbaik untuk seorang anak yang manja (Gambar: fickar09)"][/caption] Sambil mengunyah sirih, saya kembali dapat telpon. Dari anak saya yang paling setia. Firman. Dia kemarin dapet anugerah gelar DR.Hc dari Oxford University. "Bapak...bapak. Bapak sehat-sehat saja di sana? Saya sudah terima sertifikat penganugerahan gelar dokter eh doktor Hamburger Cabe, Pak." "O...okelah. Bapak selalu sehat, Nak. Malah sekarang sudah bisa nambah ngisap rokok jadi 2 bungkus sehari...uhuk...uhukkk...huk. Hm, iya..uh..uhuk. Iya Bapak sehat-sehat aja." "Oh, alhamdulillah kalo begitu. Tapi begini, Pak." "Hm, iya." Jawabku dengan suara dibikin nge-bass biar lebih berwibawa sedikit. "Anu...Anu bapak." "Anu...anu, sudah tidak sopan kamu padahal baru satu hari disana. Anu Bapak sudah berani kau tanya-tanya. Jangan tanya-tanya, masih berfungsi dengan baik" Terpaksa aku sebut "disana" karena tidak ingat Oxford itu ada dimana, maklum sudah tua. "Begini Pak." Terdengar iramanya sudah tidak beraturan, memang dia paling segan denganku. "Begini, Pak. Kemaren kan waktu mau berangkat Bapak cuma kasih uang jajan 15.000 Rupiah. Nah, [caption id="attachment_27857" align="alignright" width="300" caption="Anakku, saat mau berangkat ambil DR.HC di Oxford (Gbr: fickar09)"][/caption] kemaren, baru nyampe bandara, aku ketemu dengan Katedra. Dia bilang, uang ini tidak laku diluar negeri. Terus dia ngajak beli balon, Pak. Untuk Katedra dan juga untukku. Katanya kalo ke luar negeri, jangan lupa bawa balon. Tapi...tapi, aku bingung karena diajak beli balon ke apotik deket bandara. Tapi, ternyata apotik gak cuma jual obat lho Pak. Disana beneran ada balonnya lho. Tapi balon ini dibungkus kayak permen. Lagi aku liat-liat, ketemu dengan Andy Syoekry Amal atawa ASA lagi jual rokok didepan apotik itu. Terus, dia minta satu, ya sudah akhirnya saya kasih." Anakku ini kalo ngomong memang banyak make tapi. "Lalu..." Selaku sambil membatin, ternyata untuk ke luar negeri harus beli balon dulu. Beruntung bener aku punya anak cerdas. "Iya, Pak. Kemudian, ASA langsung ngembus disana. Ditiupnya. Sambil teriak-teriak jejingkrakan. Katanya lucu ada balon panjang gitu. Sampe, Pak, sampe orang-orang deket terminal eh...ike salah, sampe orang-orang disana semua keliatan bengong liatin ASA, Pak." "Balonmu sendiri?" Selidikku, masih dengan irama berwibawa. "Aku cuma membuka kantong balon itu, aku mainin aja, gak aku hembus. Aku tarik ulur, Pak. Abis lembut banget balon itu. Tapi...tapi aku jadi marah dengan Dwiki. Setelah dia mukul Wawan sampe benjol. Padahal Wawan yang kebetulan juga ada disitu mau nolong aku untuk ngembus balon itu. Daripada cuma dipegang, katanya. Dia ngerebut balon itu dariku. Katanya mau ke lokalisasi. Aku awalnya bingung juga, apa tuh lokalisasi. Akhirnya, Katedra jelasin, lokalisasi tuh ternyata taman bermain anak-anak. Baru aku tahu." "O...lokalisasi itu taman bermain anak-anak toh?."Ulangku sambil nyoba untuk ingat-ingat. Habis, anakku itu suka make bahasa istilah, sih. "Iya Pak. Kemudian. Waktu pesawat sudah mulai ngisi bensin. Aku diajak minum jamu lagi oleh Katedra. [caption id="attachment_27846" align="alignright" width="300" caption="Lukisan masa muda (Gbr: fickar09)"][/caption] Tukang jamunya cantik-cantik lho, Pak. Ada Mariska Lubis, ada Ika, Ada Inge, Cindy, Eka, Vera, Byla. Sayangnya, mereka cuma mau ngerubungi Katedra. Tukang jamu itu bilangnya kalo ibu jari kaki Katedra lebih gede. Jadinya mereka suka cowok begitu. Aku bingung. Tukang jamu itu kok sukanya sama ibu jari kaki yang gede. Apa hubungannya? Tetapi, karena aku merasa itu tidak memiliki alasan ilmiah, makanya aku cuekin aja Pak." "ooo..." jawabku, tidak banyak bicara, teringat untuk tetap jaga wibawa. "Iya, Pak. Nah terus, ketemu juga lagi dengan Hadi, Jimmo, Jabir, Sembiring, Ibeng. Mereka padahal lagi ngamen, tapi mereka juga minta ditraktir jamu. Katanya, biar kuat ngamennya." "nah, terus sekarang..." "Iya, sekarang aku minta duit, buat ongkos becak pulang, Pak." "Emang pesawatnya bagaimana, gak ngejemput kamu pulang?" "Gak, Pak. Pilotnya bilang, pesawat lagi kehabisan bensin." "Baik. Tunggu, bapak coba jual kolor karet yang sudah lama gak Bapak pake. Tunggu ya. Bapak bawa ini ke Kantor Pegadaian sebentar." "Iya, Pak." Ujarnya. Kumatikan HPku Ah, ujung-ujungnya duit juga yang diminta. Tapi, tidak apa-apalah. Dengan telponan sebentar saja, aku sudah dapet banyak ilmu baru. Aku coba ingat sebentar. Hm, iya. Pesawat bahan bakarnya bensin. Untuk keluar negeri harus beli balon dulu. Kemudian, lokalisasi sama dengan taman bermain anak-anak. Terus, ternyata pesawat dan becak punya fungsi yang persis sama. Bedanya, pesawat untuk ke luar negeri. Dan, becak untuk pulang ke Indonesia lagi. Baik, ceritanya sudah selesai. Maaf ada urusan penting. Mau ke pegadaian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun