Perjalanan lebih dari 12 jam terbayar di Yogyakarta, dan hampir 18 jam kembali ke Jakarta meninggalkan kesan mendalam. Tepatnya di acara Indonesia Community Day, perjalanan darat dari Jakarta yang sangat menguras tenaga pada 12 Mei ini memang terbayar di acara yang mengusung tagline "inspiraksi" tersebut.
Ya, di sana ada inspirasi yang dibagi tidak sekadar lewat kata-kata. Mereka menginspirasi lewat aksi, lewat apa yang telah mereka bagi dengan dedikasi. Berbagai komunitas yang ada di Nusantara datang ke sana. Mereka saling bercerita apa saja yang telah mereka lakukan, dan sejauh mana manfaat yang telah ditawarkan.
Ada grup musik yang yang merangkul musisi jalanan, hingga mengasah kemampuan bermusik anak-anak. Lewat kegiatan itu mereka mengajak, "Agar anak-anak ini tak lagi dilihat sebagai anak jalanan. Tidak lagi disebut sebagai anak jalanan. Sebab mereka juga anak-anak seperti umumnya anak-anak," begitu ajakan mereka dari atas panggung berukuran sekitar 5x10 meter.
Ada juga berbagai komunitas yang berangkat dari keinginan mengangkat nama daerah. Dari sana mereka berusaha mengenalkan apa saja kelebihan daerahnya; dan itu semata-mata karena inisiatif sendiri, karena terpanggil bahwa daerah mereka lebih membutuhkan kalangan muda yang mampu menunjukkan aksi alih-alih sekadar berkata-kata.
Tapi begitu, mereka juga menyadari bahwa kata-kata tak berarti takkan bermakna. Sebab sebagian besar dari mereka merekam berbagai aksi yang telah dilakukan dengan kata-kata yang tertuang di situs pribadi atau blog-blog yang mereka punya.
Dari sanalah mereka berbagi dan mengenalkan sejauh mana dampak dari setiap aksi dilakukan.
Sejak menjelang siang di hari Sabtu, matahari menyorot tepat ke atas panggung. Agak panas, tapi itu diterjemahkan mereka sebagai kehangatan yang diberikan matahari, yang turut menghargai semua aksi yang mereka kerjakan. Di tengah sorotan matahari itu juga mereka berbagi cerita.
Mereka meyakini, berbagai hal baik masih memungkinkan untuk terus menyebar, sepanjang satu sama lain terus saja berusaha menunjukkannya lewat aksi-aksi positif. Ketika makin banyak yang mengakrabinya, maka dengan sendirinya mereka makin akrab dengan kebaikan.
Sedikitnya ada 27 komunitas hadir di acara yang digagas Kompasiana tersebut. Tak hanya dari kalangan blogger yang akrab berkomunitas di Kompasiana saja, tapi juga terdapat JALIN Merapi, Sioux Ular Indonesia, Kampoeng Hompimpa, hingga Masyarakat Digital Jogja yang getol menyampanyekan pemanfaatkan perkembangan digital untuk pencerdasan publik.
Komunitas yang lahir dari kalangan penulis di Kompasiana pun tak ketinggalan. Salah satu yang sangat aktif adalah Kompasianer Pecinta Kuliner yang digagas Rahab Ganendra, dan Ladiesiana, selain selain juga ada KutuBuku yang digagas dua jurnalis kawakan; Isson Khairul dan Thamrin Sonata. Tak terkecuali Koplak Yo Band, yang digawangi Babeh Helmi masih konsisten merekam aksi demi aksi para blogger dan mendokumentasikannya.