Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cara Berterima Kasih Sehelai Daun Tua

10 Desember 2010   15:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:50 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Untuk memunculkan daun hijau, dedaunan yang menua harus dilepaskan.

Tidak ada kata-kata yang dikeluarkan oleh desau angin yang datang pelan, menarik beberapa dedaunan dari dahannya. Jatuh. Menyentuh tanah. Tidak ada teriakan ronta untuk marah atau bahkan memaki Tuhan karena ia harus lepas dari ketinggian pohon. Kukira bukan karena dedaunan itu tidak memiliki mulut maka ia ia tidak keluarkan gerutuan. Justru, tidak bermulut seperti halnya dimiliki manusia itu bukanlah kelebihan. Itu kekurangan. Kekurangan yang ternyata membuat selembar daun lebih memiliki harga dari selembar nyawa manusia. Nyawa yang kerap malah membuat manusia bisa bergerak, juga gerakkan lidah. Gerak yang tidak sebijak daun yang dihela angin dari pohonnya.

Sekian ciptaan Tuhan lain, dalam sekian keterbatasannya malah menjadi kelebihannya. Seperti daun itu, yang terlihat sederhana saja tetapi bisa tunjukkan 'sikap' yang tidak sederhana. Iya, kerelaan ketika harus kembali ke masa sebelum awal. Ke titik yang tidak pernah ia kenal. Titik saat ia tidak memiliki klorofil untuk mewarnainya. Saat ia tidak memiliki seutas urat yang menyatukannya dengan pohon tempat ia bergelayut menikmati desah manja angin.

Tanpa atribut fisik yang sebanyak manusia. Dibaca oleh sehelai daun sebagai kesempatan untuknya tidak membawa kerugian bagi siapa-siapa. Malah, ketika harus gugur pun, ia masih dedikasikan diri untuk lebih suburkan pohon yang pernah disinggahinya beberapa pekan. Ah, jadi tersindir untuk melihat diri sendiri. Jangan-jangan, saat hidup tidak bisa memberi faedah apa-apa untuk sekitar, apalagi sesudah mati.

Jakarta, 10 Des 2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun