Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Brasil dan Inul dengan Pelajarannya

2 Juli 2010   16:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:08 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Ingat salah satu iklan yang tahun-tahun lalu kerap menghiasi televisi? Yap, senang melihat orang senang, senang melihat orang susah. Maaf, sedikit saya plesetkan.

Tetapi ini memang sebuah ungkapan jujur dari seorang pendukung Belanda, saya. Setelah jelang pertandingan yang cuma bisa saya saksikan di televisi 12", sempat berdebat dengan beberapa rekan yang lebih memilih untuk mendukung Brasil. Mereka sebagian malah secara lugas menyebut,"Untuk apa membela mantan penjajah?" Mendengar sebutan penjajah yang masih ditujukan untuk Belanda, saya cuma tersenyum saja. Ada firasat kuat Belanda bakal menang. Logika yang saya pergunakan memang tidak terlalu ilmiah. Tapi bisa saya ibaratkan dengan peperangan negara yang tahu kelemahannya, tetapi memungkinkan untuk memenangi pertempuran dikarenakan keberhasilan awal. Keberhasilan awal yang saya maksud, paham dengan kelemahan diri sendiri.

Kelemahan dengan diri sendiri dalam satu konsep yang saya lupa pernah saya dapat darimana, disebutkan bahwa bisa bermetamorfosis sebagai kekuatan yang unguessable ketika itu disadari. Lagi, orang yang kurang dipercaya seringkali lebih berhati-hati dalam melakukan apa saja, daripada orang yang sudah terlanjur mabuk dalam kepercayaan dan pengakuan yang memang cenderung membuat seseorang terbuai. Dan hukum demikian terbukti dengan hasil kekalahan Brasil 1-2 dari Belanda, tim yang bisa dipastikan termasuk kurang diyakini dunia bakal bisa taklukkan Brasil. Cuma, kenyataan malam ini (waktu Indonesia) memang Belanda bisa tertawa keras-keras meskipun mereka sedang tidak berada di depan televisi yang menayangkan kartun Tom and Jerry atawa Mr Bean. Dan, jika malam ini saya yang memilih untuk jagokan de Oranje ikut tertawa karena memang--saya kira--tidak akan diberikan kartu merah oleh wasit (lha, bukan pemain dan jauh dari lapangan bola, pasti dong tidak akan mendapat kartu merah).

Nah, kalau masih membenturkan masalah tawa tersebut dengan persoalan moral, sepertinya memang saya layak menerima lemparan sandal dari siapa saja yang mendukung tim kalah, Brasil. Sebab, jelas sekali pilihan saya untuk melepaskan tawa karena melihat kemenangan kesebelasan yang saya jagokan, sepintas kurang bermoral ditengah duka cita Brasil yang dipukul telak 2-1 oleh Sneijder Cs. Tetapi, kemenangan itu memang layak dirayakan, meskipun saya cuma bisa rayakan dengan ledakkan tawa saja.

Melihat kekalahan tim yang dielu-elukan sebagai Tim Samba itu, saya malah teringat dengan fenomena Inul yang pernah menuai kecaman dari masyarakat Indonesia. Penyanyi yang kadung dipandang tidak sopan karena pamerkan sisi bawah belakang badan yang dipergunakan buang air besar dengan alasan seni. Hanya saja, Inul meski dikecam tetapi dia semakin kaya cuma dengan eksploitasi saluran air besar, dan malah kian tenar. Sedang Brasil dengan gocekan-gocekan yang disebut 'Goyang Samba' yang sering dikagumi juga terlihat lebih sopan plus memang indah harus merasakan pamornya meredup dalam kekalahan yang membuat frustasi lengkap dengan Melo yang dikartumerahkan wasit. Sedemikian genap penderitaan Brasil kali ini, sedang saya tertawa. Sepertinya dengan sangat terpaksa, saya harus rela disebut tidak bermoral atas tawa yang keluar sendiri atas duka Brasil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun