Mohon tunggu...
Zulfikar Akbar
Zulfikar Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Praktisi Media

Kompasianer of the Year 2017 | Wings Journalist Award 2018 | Instagram/Twitter: @zoelfick

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bendera Putih

5 November 2009   01:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:26 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tidak ada suara yang lebih menggetarkan hati seorang pria selain suara seorang wanita

(Sidharta Gautama)

Saya bukan bagian dari orang yang menyetujui untuk menyebut wanita sebagai penyebab begitu banyak kehancuran didunia. Bukan salah satu lelaki yang bisa tertawa keras saat melihat wanita-wanita terluka. Sudah sejak lama, justru mencoba menyimak-nyimak kekuatan seorang wanita. Berbagai buku apa saja yang berhubungan wanita menjadi santapan saya. Sebagian, ekstrem dan mengajarkan wanita untuk menjauhi diri dari lelaki, mereka mendeklarasikan feminisme. Sedangkan saya, lebih suka menyebut wanita sebagai pemilik satu sayap. Ia akan bisa terbang lebih leluasa saat menemukan sayap satu lagi, pada laki-laki. Begitu juga, tidak akan ada laki-laki yang bisa terbang dengan tenang dengan satu sayapnya, kendati ia merasa dirinya begitu perkasa.

***

Aku sangat sering melihat wanita dan juga lelaki yang menatap kosong kedepan. Mereka kehilangan gairah untuk hidup. Setelah mencoba telisik,"aku dulu begitu angkuh pada mereka. Aku selalu saja menunjukkan bahwa aku bisa lakukan semuanya sendiri. Tetapi hari ini, aku sadar, sayapku tidak sekuat yang kubayangkan." Mereka seharusnya sudah bisa terbang jauh ke langit biru. Bercanda dengan rembulan dan matahari. Mengelus awan. Tetapi kemudian hanya terpekur sendiri hanya disebabkan beberapa kesalahan yang pernah dipandang sederhana. Pertama, kecenderungan untuk selalu mengandalkan diri sendiri tanpa menyeimbangi dengan pemahaman yang baik atas konsep keseimbangan. Mereka belajar fisika, tetapi tidak acuhkan makna dari setiap teori dan rumus yang ada didalam pengetahuan tersebut. Kedua adalah orang yang suka melihat orang-orang disekitarnya selalu lebih rendah darinya, efek kemudian ia kian dijauhi dari dunianya. Menyedihkan. Ketiga, orang-orang yang selalu mencoba untuk jernih pahami konsep keseimbangan, selalu menghargai orang-orang yang disekelilingnya. Sering kulihat, mereka adalah orang yang memiliki fisik yang sederhana saja, tapi melihat mereka selalu saja membuat hati terasa ditelusupi dengan sejuk entah dari kutub mana. Bila mereka wanita, merekalah wanita yang tidak terlalu direpotkan dengan persoalan lipstik yang bermerek. Tidak dipusingkan dengan bedak yang harus buatan luar negeri. Bahkan mereka lebih memilih untuk selalu belajar dan memahami, apa yang bisa membuat ia untuk selalu menjadi lebih baik. Mereka mengunyah buku-buku filsafat untuk membuat jiwanya lebih jernih, mereka belajar moral, mereka tak segan untuk telanjang didalam bath-up kebenaran.  Wanita seperti ini, nyaris tak pernah bernafsu untuk disebut cantik. Tidak terlalu berselera untuk dipuja hanya karena bentuk fisiknya saja. Tetapi justru mereka terlihat jauh lebih anggun daripada selebriti yang terbatuk-batuk dan bersin dengan bedak dan parfum yang dikenakannya sendiri. Renungan Pagi Catatan Lain

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun