Hari ini, salah satu berita yang heboh adalah berita tentang Adrian Maulana naik commuter line (KRL). Terutama di twitter, berita ini mampu memantik ratusan komentar dan ribuan likes.Â
Satu sisi, ada ratusan ribu orang setiap harinya bepergian dengan KRL. Bukan hanya di Jakarta dan sekitarnya, tetapi juga sekarang ada di Solo sampai dengan Yogyakarta. Kenapa Adrian bisa jadi berita?
Kira-kira begitulah tanda tanya yang bisa saja muncul di benak siapa saja.
Dari sisi itu, sebenarnya gampang dipahami, lantaran figur yang diangkat memang sudah terkenal sebagai seorang seleb dan juga petinggi di salah satu perusahaan investasi ternama.Â
Apalagi di tengah kalangan pers sudah jamak dipahami, apa saja yang ingin dan perlu diketahui oleh masyarakat luas, maka itu adalah berita (Doug Newson & James A. Wollert).
Terlepas berita terkait Adrian Maulana dan KRL itu dikemas secara sederhana, juga hanya merujuk ke unggahan di media sosialnya seleb itu sendiri, namun ini layak disebut sebagai berita penting.
Kenapa?
Sebab di sini tidak hanya bercerita tentang orang (who), melainkan juga tentang apa yang dibawa (what). Di balik berita yang sesederhana itu ada pesan tidak sederhana yang diusungnya, yakni tentang membangun kebiasaan baik.
Bepergian dengan KRL atau dengan kendaraan umum apa saja adalah kebiasaan baik, dan memang sangat layak digaungkan. Bukan masanya lagi mengidentikkan kendaraan umum atau transportasi publik hanya sebagai andalannya orang-orang susah atau masyarakat bawah.Â
Sepengamatan saya dalam 10 tahun terakhir, banyak kebiasaan baik yang "menular" di tengah pengguna KRL: